Rabu, 17 Agustus 2011

Panah Cinta Brownie

Aku melihatnya di sebuah pasar sedang dalam pelukan seorang pria bertubuh besar dan berkulit hitam.
Yeah, aku langsung jatuh cinta ketika melihatnya pertama kali. Dialah Brownie, seekor anjing kecil gemuk, lucu dan berbulu hitam lebat seperti seekor bayi beruang.
Aku membelinya di sebuah pasar dengan harga yang cukup mahal.

"Ayo, ayah... Belikan untukku..." kataku sambil merayu ayah. Tetapi ayah menggelengkan kepalanya saat melihat brownie.

"Lihatlah matanya, ayah... Dia sudah memanggilku dari jauh..." pintaku sambil menarik-narik kemeja ayah.

Ayah mengamat-amati wajahnya yang lucu dan akhirnya hati ayah luluh melihat matanya yang terlihat mengantuk itu.
Aku menggendongnya dalam pelukkanku sepanjang jalan dan brownie begitu manja hingga tertidur dalam pelukanku.

Aku mengajaknya bermain sepulang sekolah dan tidur bersamaku setiap malam. Kami bermain ke pantai dan berenang bersama di laut pada akhir pekan. Kami bermain freezebee di taman dan berjogging bersama.

Aku sangat mencintai brownie, dia sahabatku selamanya. Dia selalu ada untukku setiap saat, hingga aku masuk sekolah menengah.

Suatu hari aku bersama brownie, kami berjogging bersama di taman dengan sebuah tali kekang di tanganku. Kami berlari-lari kecil menyusuri jalan kecil melewati sebuah hutan. Angin sejuk musim semi berhembus hingga menerbangkan rambutku. Begitu juga dengan brownie, bulu-bulunya yang panjang beterbangan ditiup angin sementara lidahnya menjulur keluar. Hingga seekor tupai menarik perhatiannya untuk pertama kalinya.

Brownie langsung bereaksi melihat tupai itu dan sontak ia melompat dan mengejarnya sekuat tenaga, hingga tali kekangnya terlepas dari tanganku.

"Oh, tidak brownie!  Kembali!" teriakku, namun brownie tidak mempedulikanku dan berlari mengejar tupai itu masuk ke hutan.

Ketakutan langsung menyelimutiku! Aku mengejar brownie sekuat tenaga.
Aku takut brownie hilang dan tersesat di dalam hutan. Di sana mungkin saja ada binatang buas atau anjing hutan yang akan melukainya, atau mungkin ada orang jahat yang bersembunyi di sana dan bisa saja melukai brownieku.

"Brownie Kembali!!!" teriakku lagi.

"Brownie Kembali!!!"

Hingga akhirnya seorang pria muda berbadan tegap menghadang brownie dan berusaha menangkapnya.

Brownie terkejut dan tiarap di atas rumput, tetapi masi berusaha ingin melarikan diri.
Aku berlari mendekati brownie dan secepat mungkin ingin memegang tali kekangnya.

"Brownie!!!" teriakku dari jauh.

Brownie langsung menoleh ke arahku dan mengibas-ngibaskan ekornya gembira ketika melihatku menghampirinya.

"Oh, maafkan aku! Terima kasih telah menghadang anjingku. Aku sampai kehabisan nafas mengejarnya." kataku terengah-engah sementara brownie menatapku bahagia sambil mengibas-ngibaskan ekornya.

"Tidak apa-apa." jawabnya

"Ini anjingmu? Dia cepat sekali, meskipun gemuk hahahahaha..." katanya tertawa.

"Kenalkan, namaku Ronny dan kau?"

"Aku Pamela dan ini brownie."

"Woof!!! Woof!!!" gonggong brownie, mengibas-ngibaskan ekornya tetapi kali ini menatap kami bergantian.

Itulah awal perkenalan kami dan brownie yang memperkenalkan kami berdua di taman itu. Aku sering tertawa sendiri bila mengingatnya. Brownie menembakkan panah cinta itu kepada Ronny dan kini kami selalu pergi bertiga kemana pun.

Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun kami lewati bersama seperti 3 orang yang tidak akan terpisahkan lagi.

Hingga suatu hari Ronny mengajak brownie keluar ke pantai untuk menikmati sunset. Beberapa lama setelah matahari tenggelam, Ronny dan brownie tidak kunjung kembali juga sementara aku menunggu mereka di rumah pantai. Suasana pantai sudah diselimuti kegelapan dan laut sudah tidak terlihat lagi.

Hingga dari jauh aku mendengarkan suara gonggongan brownie. Aku keluar dan melihat brownie berlari sekuat tenaga menghampiriku dan menggonggong.

"Ada apa, brownie? Mana Ronny?" tanyaku

"Woof! Woof!" kata brownie sambil menengadahkan kepalanya berusaha mengajakku.

Hatiku langsung diliputi kekuatiran, "Apakah sesuatu terjadi pada Ronny?" kataku dalam hati.

Aku segera berlari mengikuti kemana brownie membawaku, aku berusaha menajamkan mataku untuk berlari di tengah kegelapan. Aku mengandalkan cahaya rembulan untuk menerangi pesisir pantai itu. Brownie berlari dan menghilang di balik sebuah karang besar.

Aku mengejarnya hingga aku menemukan sebuah cahaya dari lilin-lilin kecil yang telah Ronny susun menjadi sebuah bentuk Hati di atas pasir. Terdapat sebuah tulisan "I Love You" di dalamnya.

"Oh, Ronny... Apa yang kau lakukan?" kataku sambil menutup mulut dengan kedua tanganku. Aku terkejut, bahagia, terharu, tidak mengerti semua perasaan terasa campur aduk.

"Woof!!! Woof!!!" brownie menggonggong sambil mengibas-ngibaskan ekornya dan terlihat bersemangat.

Ronny mendekatiku perlahan-lahan hingga kami berdua begitu dekat.
Ia berlutut di depanku dan mengeluarkan sebuah kotak bludru berbentuk hati berwarna merah.

"Oh, Tuhan! Ia melamarku." kataku dalam hati bahagia dan terharu.

Ia membuka kotak itu dan benar dugaanku. Kotak itu berisi sebuah cincin dengan sebuah berlian mungil bertatah di dalam cengkraman bingkai emas.
Ronny mengambilnya dan memasangkannya di jari manisku dan kemudian menciumku.

"Maukah kau menikahiku?" katanya lembut.

"Ya, Ronny... Aku mau..." jawabku terharu.

Kami menikah setahun kemudian dan begitu juga dengan brownie. Ia juga telah memiliki anak-anak yang lucu-lucu 4 ekor bersama dengan maggie anjing siberia milik tetangga ayahku, hahahahahaaa...

Tidak akan pernah aku melupakan pertemuanku dengan 2 cinta sejatiku. Mata brownie yang memancarkan cinta yang membuat hatiku luluh dan memeluknya dalam pelukanku. Dan tentunya panah cinta brownie mempertemukan aku dengan cinta sejatiku, Ronny.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar