Minggu, 25 Desember 2011

Warm Christmas

Hujan begitu deras mengguyur seluruh kota kecil di Ramlin.
Aku sedang duduk di kursi malasku yang menghadap jendela sambil menikmati segelas coklat panas dan marsmallow dan membaca buku favoritku.
Sementara sebuah pohon natal sedang berdiri di sudut ruangan bacaku yang nyaman.
Oh, aku sangat menikmati saat-saat seperti ini pikirku dalam hati sambil menekankan tubuhku lebih dalam tenggelam dalam kursi malasku yang empuk.

Aku menikmati sesekali melihat jalanan yang basah diguyur oleh hujan deras.
Sembari aku sedang membaca buku kesukaanku pandangan mataku tiba-tiba tertuju pada sesuatu di luar sana.
Aku melihat seekor anjing gembala sedang berkeliaran kebingungan mencari tempat berteduh.
Aku segera keluar dari rumahku dan berusaha mencarinya di depan rumahku.
Aku akhirnya menemukannya tepat di bawah sebuah pohon Ek yang besar.
Aku segera menggendong tubuhnya yang gemetaran masuk ke rumah.

Aku mengambil handuk dan menyalakan pemanas ruangan.
Tubuhnya begitu kotor dan penuh dengan lumpur bercampur tanah.
Aku menyiapkan air hangat dan segera memandikannya.
Ia tidak berhenti menjilati wajahku seolah-olah berterimakasih padaku.
Aku menyirami seluruh tubuhnya dengan shower hangat dan menimbunnya dalam busa sabun raksasa.
Oh, kau manis sekali pikirku.

Aku mengeringkan bulunya dengan pengering rambut dan handuk.
Langsung saja bulu putihnya yang panjang mulai kering ditiup pengering rambutku.
Bulu berwarna kecoklatan pada ujung kepala dan ekornya sangat indah.


Aku memberinya segelas susu dan roti gandum milikku juga memasakkan makan malam untuknya.
Akhirnya kami berdua berdiang dengan hangat dalam rumah.
Dan aku tahu bahwa natal tahun ini aku mendapatkan seorang anggota keluarga yang baru, yaitu Nero si anjing gembala yang kutemukan pada natal 2 tahun yang lalu dan kini ia telah berusia 3,5 tahun.

Entah ia datang darimana pada saat itu aku menelepon mrs. Patric keesokan harinya kalau-kalau dia pernah melihat anjing ini sebelumnya dan beberapa tetangga yang lain, tetapi mereka tidak pernah melihat seekor anjing gembala berkeliaran sebelumnya.

Saat aku memandangi Nero yang sedang tertidur pulas di bawah kaki kursi malasku, kini aku menyadari bahwa Nero memang Tuhan kirimkan untuk menemaniku di sini, di rumah ini.

Merry Christmas Everyone...
Wish you have your truly beautiful christmas story...

Kamis, 22 Desember 2011

Reaksi Kita Menentukan Siapa Kita

Amsal 18:14-15
Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?

Saya percaya pada kata-kata di atas bahwa orang yang selalu bersemangat menjalani kehidupannya akan jauh lebih kuat dibandingkan dengan orang-orang yang selalu loyo dan tidak bergairah menjalani kehidupan mereka.

Orang yang bersemangat cenderung selalu mengucap syukur dengan apa yang mereka hadapi karena mereka menikmati dan bahkan menantang proses itu sendiri.
Tetapi orang-orang yang telah kehilangan semangatnya siapakah yang dapat menolong? 
Ia begitu rapuh dan mudah roboh oleh sedikit tekanan yang mereka hadapi.

Saya percaya jalan dan hidup semua orang adalah sama.
Nasib semua orang adalah sama, yang berbeda adalah bagaimana reaksi mereka atas setiap tantangan dan masalah yang menghampiri mereka.
Yang pada akhirnya kita dapat melihat ada orang-orang yang menang dan ada orang-orang yang menyerah atau memilih untuk kalah dan mundur.

Bagaimana kita bereaksi terhadap suatu hal adalah pilihan kita.
Apakah kita memilih untuk tetap menerima dan bersukacita ataukah kita akan memilih untuk mengeluh, menggerutu atau marah.

Termasuk menjadi kesal dan marah dengan sikap tidak ramah orang lain terhadap kita.
Saat kita memilih untuk berlapang dada menerima sikapnya yang seperti itu (karena ia memang memperlakukan semua orang seperti itu), saya yakin anda telah mengambil 1 langkah jauh ke depan.
Dan saat orang yang lain datang dengan sikap yang tidak menyenangkan lainnya, anda sudah memiliki respon hati yang berbeda dari sebelumnya.


Mengeluh bukanlah jalan keluar tetapi mengucap syukur adalah awal dari jalan keluar itu sendiri karena mengucap syukur menjadikan kita lebih kuat dan lebih kuat lagi...

Apakah pilihan anda hari ini?

Tentukan sekarang dan bersemangatlah menjalani hidup anda!

Tuhan Memberkati 

Rabu, 21 Desember 2011

Ibuku Bukan Orang yang Sempurna

Apakah anda memiliki ibu yang sempurna dan terbaik dalam hidup ini?
Bila iya, anda adalah orang yang paling beruntung dan sangat berbahagia di dunia ini.

Aku tidak memiliki ibu yang sempurna.
Terkadang aku mengamat-ngamati beberapa anak bersama ibu mereka sedang bergandengan tangan dan saling berpelukan pada saat menjemput mereka pulang sekolah dan masuk ke dalam mobil.
Usiaku 8 tahun saat itu, namun aku memahami dan mengerti apa itu kasih sayang dan cinta.

"Marion! Marion!", aku mendengar ibu memanggilku dari kejauhan.
"Mama! Mama!", jawabku sambil berlari ke arahnya dan memeluk tubuhnya erat-erat.

Mama membalas pelukanku dengan membungkuk.
Mama kehilangan kedua tangannya pada saat menolong aku yang sedang berlari ke jalan raya.
Aku berusia 4 tahun saat itu dan aku sedang mengejar bola pantaiku yang menggelinding ke jalan raya.
Sebuah truk besar melintasi jalan itu dengan kecepatan tinggi dan tidak berhenti.
Mama segera berlari dan merengkuhku.
Aku tidak ingat apa yang selanjutnya terjadi, aku hanya berteriak dan menangis.
Setelah itu aku melihat mama tanpa lengan lagi.

Mama tidak bisa lagi memelukku seperti yang dilakukan oleh mama teman-temanku atau anak-anak lainnya, bahkan menggandeng tanganku.
Kami bukan keluarga berada, tetapi mama telah memberikanku lebih dari sekedar pelukan.
Ia memelukku dengan hati yang kini menjadi kedua lengannya yang tidak terbatas untuk memelukku.
Kami pulang dengan berjalan kaki ke rumah setiap hari.

Semua aktivitas mama selalu dilakukannya di lantai termasuk memasak dan mempersiapkan bahan-bahannya.
Mama pun menjahit dengan kakinya dan mama mengerjakannya sendirian semua pekerjaan rumah.

Pernah aku bertanya pada mama, "Ma, apakah tidak susah bekerja dengan menggunakan kaki?"
"Awalnya mama kesulitan, Marion. Tetapi setelah terbiasa mama bisa mengerjakannya dengan cepat." jawab mama sambil menjahit.
"Terkadang membuat mama frustrasi saat awal-awal dahulu. Tetapi setelah melihat wajah mungilmu yang sedang tidur, mama beroleh kekuatan kembali." lanjut mama.
Aku mungkin belum sepenuhnya memahami tetapi kini aku mengerti maksud kata-kata mama.
Mama melakukannya demi aku dan berjuang demi aku.
Saat aku mengingat kata-katanya aku selalu mulai menangis.

Suatu malam saat aku tidur dipelukan mama aku bertanya, "Mama? Apakah kita akan menjadi orang kaya suatu hari nanti?"
"Pasti anakku. Kita pasti akan menjadi orang kaya." jawabnya tersenyum kemudian mendekatkan dadanya kepadaku sebagai tanda ingin memelukku.
Aku tertidur pulas malam itu dan tersenyum bahagia karena tahu bahwa suatu hari nanti kehidupan kami akan membaik dan kami tidak akan lagi kehujanan saat pulang ke rumah.
Kami tidak akan lagi kedinginan saat tidur dan kami akan makan makanan hangat yang lezat dan bukan bubur lagi yang hambar.

Kini pengorbanan mama bagiku terbayar lunas sudah.
Tuhan tidak pernah meninggalkan kami sendirian, terutama sejak kematian papa.
Tuhan telah menjadi papa juga suami bagi mama.
Aku bekerja sebagai direktur wanita di sebuah perusahaan ban international bagian hubungan international.

Pertemuan kami begitu sederhana.
Saat itu aku sedang mengantarkan pesanan jahitan seragam salah seorang sopir yang bekerja di rumah pemilik perusahaan tersebut.
Ia sangat berterimakasih dengan jahitan mama yang rapi.
Saya memberikan seragam itu dengan senyuman dan bertanya bila mana ia membutuhkan bantuan saya akan datang kapan pun, sekalipun itu tengah malam.
Saat itu pekerjaanku adalah membantu mengantar jahitan ibu dan mencarikan pelanggan-pelanggan baru bagi mama dari toko ke toko.

"Sungguh kau mau mengantarkannya walaupun semua orang memilih untuk tidur dan menunggunya hingga besok?" kata salah seorang pria gagah dan berwibawa dengan setelan jas hitam mengkilap dan rapi.
Sopir itu segera menunduk dan membawakan briefcase kecilnya.

"Ya, tuan! Saya akan mengantarnya kapan pun anda mau sekalipun tengah malam atau dalam badai. Mungkin saja anda sangat membutuhkannya saat itu." jawab saya yakin.

"Bagus! Bagus!" jawabnya sambil mengangguk-angguk.

Beberapa hari kemudian ia menawari saya bekerja di perusahaannya sebagai staff customer relation hingga pencapaian saat ini.

Mama kini tidak perlu bekerja lagi seperti dulu.
Mama selalu mengajariku bahwa kekayaan sejati adalah kebaikan dan ketulusan hati yang tidak akan bisa dimiliki atau dirampas oleh siapapun.

Saya tidak perlu takut seseorang merampas milik saya karena saya memiliki sesuatu yang lebih berharga daripada harta, yaitu Hati yang tulus.



Cintailah ibumu meski ia memiliki begitu banyak kekurangan...
SELAMAT HARI IBU...

Selasa, 20 Desember 2011

Ambillah Kesempatan untuk Berbuat Baik

Saya terbiasa hidup mengikuti perasaan, sehingga saya hanya berbuat baik pada seseorang apabila hati saya tergerak untuk berbuat baik padanya.

Entah mengapa suatu hari saya berjumpa dengan seseorang yang memiliki perangai dan kelakuan yang tidak baik.
Tidak hanya itu, ia selalu membuat masalah dengan siapapun di sekitarnya.
Banyak orang menolaknya dan enggan untuk menerima keberadaannya.

Jujur dari lubuk hati saya, saya pun enggan untuk berbicara dan menyapanya.
Ia selalu berjalan dan terlihat menakutkan sehingga membuat setiap orang malas untuk menyapanya bahkan memulai suatu pokok pembicaraan.

Entah, mengapa suatu hari saya berbicara ramah dan menyapanya dengan senyum.
Ia pun akhirnya membalas saya dengan senyuman yang terlihat sedikit dipaksakan.
Saya hanya memberikannya sekotak kecil berisi kue.
Ia menerimanya dan kemudian pergi begitu saja, tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Sebenarnya dalam hati kecil saya, saya juga merasa tersinggung dengan sikapnya.
Beberapa hari lamanya saya terus memikirkan sikap tidak ramahnya atas pemberian saya.
Keesokannya, saya melihatnya lagi dan saya mulai berbicara dengannya.
Semakin saya mengenalnya, semakin saya mengetahui sendiri sikapnya.
Bukan dari kata orang tetapi karena saya melihatnya sendiri.
Ia begitu cepat marah dan labil. Tanpa angin, tanpa sebab tiba-tiba sikapnya berubah 180 derajat seperti orang maaf  "kesurupan".
Gambar dirinya sangat rusak dan ia terlihat tidak mempunyai pegangan dalam hidupnya.
Ia seperti berjalan kemana air mengalir atau angin membawanya tanpa ia tahu kemana arah hidupnya.

Awalnya saya menolak untuk berbuat baik lagi kepadanya.
Apa alasan saya untuk berbuat baik kepadanya.
Ia tidak menghargai niat tulus saya, bahkan mungkin membuang pemberian saya.
Berbagai macam pikiran jahat muncul dalam hati saya.
Saya menjadi malas untuk berbuat baik lagi padanya.

Saya bahkan tidak merasa iba padanya, itu adalah keputusannya untuk menjadi seperti itu dan saya tidak mau peduli lagi padanya.
Tetapi ada sesuatu di luar perasaan saya seolah-olah memaksa saya untuk berbuat baik kepadanya.
Saya mengusir sekelebat pikiran itu dan membuangnya jauh-jauh.
Tetapi sekelebat pikiran itu muncul berulang-ulang dan memaksa saya terus memperlakukannya dengan baik.

Akhirnya saya menyerah dan memutuskan, "Ok, saya akan menyapanya!"
Saya tunjukkan rasa kepedulian saya terhadap dirinya setiap hari tanpa berharap banyak.
Lama kelamaan saya menyapanya dan menunjukkan sikap ramah saya, dia mulai menjadi lunak.
Ia mulai tersenyum dan caranya menerima pemberian saya pun mulai berubah.
Ia tidak terlihat kasar lagi dan mulai tersenyum dan ramah.

Akhirnya saya belajar sesuatu, bahwa saya memberi bukan untuk mendapat imbalan (entah imbalan pertemanan, sikap ramahnya, hormat darinya-Tidak! Saya tidak gila hormat atau mencoba menjadi tenar atau terlihat baik atau suci).
Saya memberi karena itu adalah hal yang baik untuk dilakukan!

Saya juga diingatkan oleh seorang pemimpin besar bernama Yesus yang berkata, "Ingin menjadi besar? Jadilah pelayan bagi orang lain!"

Yakobus 4:17 pernah berkata, "Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa." tentunya berdosa kepada Tuhan.

Dan juga dalam 1 Timotius 5:10, "...pendeknya mereka yang telah menggunakan segala kesempatan untuk berbuat baik."

Oleh karena itu saudara-saudaraku mari kita gunakan segala kesempatan untuk berbuat baik.
Amiiiiinnnnnnnn.....

Tuhan Memberkati....

Hidup ini Indah

Hidup ini Indah, Syukurilah...
Hidup ini Anug'rah, Jalanilah...
Hidup ini Pemberian, Nikmatilah...

Hidup ini terlalu indah bila harus diisi dengan air mata keputusasaan dan rasa mengasihani diri sendiri, karena itu berjuanglah...
Hidup ini terlalu indah bila harus diisi kebencian dan kemarahan karena sikap seseorang yang tidak layak untuk dipikirkan lebih dalam, karena itu janganlah membuang-buang waktu bersenang-senanglah dan kejarlah mimpimu.

Banyak dari kita yang akhirnya hanya karena sikap atau perilaku seseorang yang tidak baik atau bahkan mungkin hanya sepele bisa membuat kita menjadi kesal atau cemberut sepanjang hari.
Sehingga hati kita dipenuhi oleh perasaan tidak enak dan marah.

Tahukah anda bahwa orang bisa melakukan apa saja terhadap kita namun tidak akan dapat menghancurkan kita bila reaksi kita tetap optimis, baik dan ramah.
Hanya karena ego yang terlalu besar atau merasa harga diri terinjak-injak kita kemudian menjadi marah dan membenci orang yang demikian.

Padahal kita tidak tahu bahwa kita sedang mendatangkan kerugian terhadap diri kita sendiri.
Sikap tersebut menghambat kita untuk terus berlari mencapai mimpi-mimpi kita.
Bahkan mungkin akan membuat kita tersandung dan jatuh.
Akhirnya kita sendiri menjadi babak belur hanya karena menyimpan perasaan tidak rela dirugikan atau merasakan harga diri yang diinjak-injak.

Sebenarnya hal ini hanya 1 masalahnya, yaitu Ego kita.
Untuk menghancurkan sebuah keluarga hanya cukup 1 orang untuk menghancurkannya dengan ego nya.
Tetapi untuk membangun sebuah keluarga utuh yang harmonis diperlukan semua anggota keluarga untuk bersatu dimulai ayah, ibu dan anak-anak.

Tidak ada seorang pun yang dapat menghancurkan seseorang selain dirinya sendiri.

Yang dapat menghancurkan masa depan anda adalah anda sendiri.
Yang dapat menghancurkan karir anda adalah anda sendiri.
Yang dapat menghancurkan keluarga anda adalah anda sendiri.
Yang dapat menghancurkan pelayanan anda adalah anda sendiri bukan orang lain.

Ketahuilah, bahwa Hidup ini dan jangan merusaknya dengan menyimpan akar-akar liar bertumbuh dalam hati kita.
Kita tidak memiliki kesempatan untuk memikirkan hal-hal negatif dalam hidup kita karena hidup ini terlalu indah untuk dirusak dengan hal yang tidak layak kita pikirkan.

Karena itu pikirkanlah semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji. Maka hati kita akan penuh sukacita dan damai sejahtera.


Filipi 4:7-9=
Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. 

Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.
Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.

Terus Berjalan dan Berubahlah Menjadi Lebih Baik

Waktu bergulir dan terus berjalan tanpa menghiraukan sekelilingnya.
Siapapun yang tidak dapat mengikutinya akan tertinggal.

Saya bertemu dengan kawan lama saya beberapa waktu yang lalu.
Kami berbicara panjang lebar mengenai apa yang terjadi dalam hidup kami selama ini.
Sepuluh tahun lamanya kami tidak pernah berjumpa sejak saya berpisah dengannya di bangku SMU.
Saya sangat merindukannya dan pembicaraan kami mengalir begitu saja tanpa dibatasi waktu.

Kami tertawa tentang masa lalu kami dan segala pencapaian kami hari ini.
Namun ada satu hal yang membuat saya tidak dapat berpaling darinya adalah saya tidak melihat hidupnya mengalami perubahan.

Ya, ia tetap seorang wanita yang cantik dan kaya saya akui.
Bahkan ia bersuamikan seorang pria asing berkebangsaan Eropa.
Tetapi satu hal inilah yang mengganggu di dalam benak saya.
Bahwa sikapnya dan karakternya tetap tidak berubah.
Ia tetap seorang wanita yang egois dan mendominasi.
Begitu mengatur dan membuatnya harus tampak sempurna dan tidak bercacat cela.

Hal inilah yang membuat saya akhirnya iba dengan kehidupannya.
Adalah tidak ada rasa puas yang datangnya dari dalam yaitu hati.
Seseorang tidak akan pernah merasa puas dengan apa yang mereka miliki,
jika mereka tidak belajar untuk puas dari dalam.

Belajar bersyukur menjadikan kita lebih kuat dan berjalan lebih jauh lagi menjadi serupa dengan Kristus.
Kita tidak dapat menginginkan segalanya berjalan seperti yang kita rencanakan dan inginkan.
Bahkan bila kita menargetnya dengan hal sempurna dan nilai yang tinggi.
Ketahuilah bahwa segala sesuatu yang terjadi tidak pernah luput dari rencana Tuhan atas hidup kita.
Karena semua yang terjadi adalah karena Tuhan mengiijinkannya terjadi dalam hidup kita.

God Bless You...

Minggu, 18 Desember 2011

Jangan Berhenti - Mother Theresa

Apabila engkau berbuat baik, orang lain mungkin akan berprasangka bahwa ada maksud-maksud buruk di balik perbuatan baik yang engkau lakukan.
Tetapi, tetaplah berbuat baik.

Terkadang orang berpikir tidak masuk akal dan bersikap egois.
Tetapi, terimalah mereka apa adanya.

Apabila engkau sukses, engkau mungkin akan mempunyai musuh dan juga teman yang iri hati atau cemburu.
Tetapi, teruskanlah kesuksesanmu itu.

Apabila engkau jujur dan terbuka, orang lain mungkin akan menipumu.
Tetapi, tetaplah bersikap jujur dan terbuka.

Apabila engkau telah membangun sesuatu bertahun-tahun lamanya dan seseorang menghancurkannya dalam semalam.
Jangan berhenti! Tetaplah membangun.

Apabila engkau menemukan kedamaian dan kebahagiaan di dalam hati, orang lain mungkin akan iri hati kepadamu.
Tetapi, tetaplah berbahagia.

Kebaikan yang engkau lakukan hari ini mungkin besok dilupakan orang.
Tetapi, teruslah berbuat baik.

Apabila engkau telah memberikan yang terbaik pada seseorang dan orang itu tidak merasa cukup.
Jangan berhenti! Tetaplah berikan yang terbaik.

Sadarilah bahwa semuanya itu adalah mengenai Tuhan dan kita, bukan kita dengan orang lain.
Jangan pernah pedulikan apa yang orang lain pikirkan atas perbuatan baik yang engkau lakukan.
Tetapi percayalah bahwa mata Tuhan tertuju pada orang-orang jujur dan Ia juga melihat ketulusan hatimu.

Mother Theresa....
Have your self a merry little christmas now....

Tetap Mencintai adalah Keputusan bukan Perasaan

Pernahkah anda berbuat baik pada seseorang namun orang itu membalas kebaikan anda dengan kejahatan?
Atau mungkin seseorang yang anda tolong tidak tahu berterima kasih dan malah berbalik menikam anda?
Atau mungkin seseorang tersebut tidak berubah dan tetap pada kebebalannya.
Sehingga iya cukup menyebalkan bagi anda dan membuat anda tidak ingin lagi menolongnya.
Oleh karena itu akhirnya muncul pepatah, "Diberi hati minta jantung!"

Itulah hal-hal yang kerap kali dihadapi oleh seseorang bahkan mungkin diri kita sendiri yang mengalaminya.
Saya pun pernah berada di posisi seperti itu.
Ketika saya merasa iba kepada seseorang dan saya menolongnya dan memberikannya bantuan.
Dengan memberikannya pekerjaan, memberikannya sejumlah bantuan pangan apapun yang sanggup saya lakukan.
Tetapi apa yang ia lakukan adalah memfitnah saya dengan mengatakan memperlakukannya tidak seperti manusia...

Saya hanya tertawa saat mendengar kata-kata itu dari seseorang, mengeni apa yang ia katakan terhadap saya.
Orang semacam itu sudah banyak saya jumpai dengan berbagai tipe topeng yang berbeda dan saya tidak pernah merasa kapok untuk menolong orang yang demikian.

Karena saya tahu 1 hal bahwa hidup saya tidak bisa dipengaruhi oleh apa kata seseorang mengenai saya.
Hidup kita tidak tergantung dari apa yang orang katakan pada kita.

Saya teringat pada kata-kata Bunda Theresa yang berkata:
1. Jika anda hanya berusaha menilai seseorang, maka anda tidak akan pernah menyayangi mereka.
2. Jika anda tidak bisa mencintai orang-orang yang anda lihat, bagaimanakah anda dapat mencintai Tuhan yang tidak terlihat?
3. Jika anda berbuat baik pada seseorang dan orang itu melupakan anda/membalasnya dengan kejahatan, tetaplah berbuat baik.

Saya percaya pada apa yang pernah Yesus sendiri ajarkan pada saya.
Bahwa saya tidak boleh mengasihi seseorang karena bergantung dari perasaan saya, tetapi karena saya mengambil keputusan untuk mengasihi orang itu.
Jadi tidak peduli apapun yang dia lakukan terhadap saya, saya akan tetap mengambil keputusan untuk mengasihi dia seperti Yesus sendiri telah mengasihi hidup saya.

Tuhan Yesus Memberkati...
Selamat Hari Natal Teman-temanku.... ('(^o^)")

Senin, 05 Desember 2011

Find Your Rainbow

Aku merasa hidupku sudah hancur berantakan dan tidak lagi tersisa selain serpihan kenangan lama  kami bersama.
Aku merengkuhnya ke dalam pelukanku untuk terakhir kalinya.
Ia hanya mengatakan bahwa aku harus menemukan hidupku kembali sekali lagi dan berbahagia bersama seseorang yang akan menjagaku selamanya.
Jack tidak lagi sanggup menjagaku karena penyakit keras yang diidapnya selama 2 tahun ini.
Aku menangis dan tidak mau orang lain yang menjagaku dan berada di sisiku selain Jack.
Aku menyuapinya setiap hari di atas ranjangnya.
Aku membasuh tubuhnya dengan handuk hangat setiap pagi dan sore hari.
Aku tidak pernah keberatan meski aku harus mengasuhnya terus hingga aku menjadi nenek tua.
Jack adalah segalanya bagiku.
Ia memberiku kehidupan yang baru dan sangat indah.
Hari-hariku penuh dengan warna saat aku berada bersamanya.

Enam bulan setelah kematiannya aku tidak pernah keluar dari rumah dan hanya termenung membayangkan dirinya dan kenangan lama kami bersama.
Membayangkan saat ia membelai rambutku dan mencium keningku.
Ia selalu mengecup bibirku setiap pagi dan membuka jendela kamar kami sehingga sinar matahari yang hangat menyelimutiku.

Aku menangis setiap malam hingga air mataku menjadi kering.
Aku memakai kemejanya dan memeluk selimutnya saat tertidur.
Aku benar-benar merindukan saat-saat kami bersama.

Pagi hari itu, matahari bersinar begitu lembut dan menghangatkan hatiku yang sudah dingin dan beku.
Aku menyalakan air panas dan membiarkannya mengalir melalui pancuran deras shower.
Airnya begitu hangat membasahi rambutku dan kepalaku.

Aku bercermin dan melihat diriku yang sudah terlihat kusut dan tanpa kehidupan.
Aku menatap mataku lekat-lekat dalam cermin itu dan merasa sudah tidak mengenali sosok di cermin itu.
Aku menyadari Jack tidak ingin aku hidup seperti ini.
Dia berkata bahwa aku harus menemukan kembali hidupku.

Aku mulai berdandan dan merapikan rambutku.
Aku memakai bedak dan merapikan alisku dan memoleskan lipstik merah muda di bibirku.
Aku mengenakan terusan merah muda dan putih dengan bunga-bunga sakura pada motif sebelah kirinya.

Aku keluar rumah dan menghirup udara sejuk di luar.
Aku berjalan keluar menuju taman kota.

Aku berjalan melintasi sebuah toko barang antik dan berhenti sesaat di depannya.
Aku melihat sebuah papan nama bertuliskan "Dawsons" di depan toko itu.
Aku melihat barang-barang indah penuh kenangan yang telah dijual oleh pemiliknya.

Seorang pria tua kemudian membuka pintu toko itu dan menyapaku.
Ia menyuruhku masuk dan melihat-lihat tokonya.
Ia begitu ramah dan membuatku merasa nyaman berada di tokonya.

"Apakah anda sedang mencari sesuatu, nona?" katanya hangat.
"Oh, tidak tuan. Aku hanya ingin melihat-lihat. Suamiku baru saja meninggal 6 bulan yang lalu." jawabku pelan.
"Tidak apa-apa, nona. Anda bisa melihat-lihat tempat ini selama yang anda mau." lanjutnya mempersilahkanku.
"Panggil aku bila anda membutuhkan sesuatu, nona. Panggil saja aku Mr. Kirk." katanya sambil membalikkan badan dan meninggalkanku.

Aku berjalan melintasi lorong-lorong yang penuh dengan barang-barang antik yang indah.
Mulai dari barang-barang bergaya eropa hingga barang-barang kuno berasal dari china.
Tak lama kemudian Mr. Kirk datang padaku dengan membawa seekor anak anjing mungil yang lucu dalam pelukannya.

"Nona..." katanya padaku.
"Anak anjing ini milik anjing cucuku. Aku tidak sanggup mengurusnya karena anjing cucuku baru saja melahirkan 6 ekor anak lainnya."
Aku menatap anak anjing yang bermata bulat besar itu. Ia pun menatapku dengan girang.
Dia begitu manis dan lucu.
"Bila anda tidak keberatan, bisakah anda merawatnya untukku?" tanyanya sambil memandangi anak anjing yang lucu itu.

"Tentu tuan! Aku akan merawatnya. Dia begitu manis dan lucu." aku langsung mengambilnya dan merengkuhnya dalam pelukanku.
"Dia bisa menghibur hati anda yang sunyi, nona." katanya tersenyum.

Aku memberinya nama Jack. Agar bisa mengingatkanku pada Jack-ku yang selalu membuatku bahagia.
Aku mambawanya pulang dan memberinya semangkuk susu.
Ia begitu rakus dan lucu. Aku membawanya tidur di malam hari bersamaku.
Aku mengajaknya ke taman dan bermain bersamanya hingga Jack berumur 1 tahun.
Setiap hari aku selalu berjalan melintasi toko barang antik Dawsons agar Mr. Kirk bisa melihat Jack dalam keadaan sehat dan bahagia.

Hingga suatu hari aku berjumpa dengan Martin saat aku bermain dengan Jack di taman.
Ia menemukan bola milik Jack tepat di bawah kakinya saat Jack sedang berusaha menangkap bola tenisnya.
Kami berkenalan dan bertukar nomor ponsel.
Kami selalu bertemu di taman saat aku bersama Jack.
Martin begitu akrab dengan Jack dan selalu memberinya roti atau hot dog.

Lambat laun lubang kosong di dalam hatiku mulai terisi dengan kehadiran Martin dan Jack.
Aku bercerita mengenai Jack suamiku dan bagaimana aku bertemu pria tua yang memberiku Jack yang masi bayi.
"Woof!" sahut Jack yang menggonggong di bawah kakiku.

Kami menikah 2 tahun kemudian.
Aku memandangi foto pernikahan kami berdua.
Aku mengenakan gaun pengantinku yang putih bersih.
Kami membuat pesta kebun yang indah.
Aku dan Martin berfoto dengan background chapel yang dihiasi bunga-bunga mawar berwarna peach dan kuning segar sedang Jack duduk di depanku di antara aku dan Martin.

Kamis, 01 Desember 2011

Damai Ada di Dalam Rumahmu

Banyak orang berusaha mencari jawaban dalam kehidupan ini.
Banyak orang berusaha untuk mencari siapa diri mereka yang sebenarnya dan apakah tujuan mereka hidup di dunia ini
Banyak orang berusaha menemukan damai yang sejati di dunia ini.

Saya mengenal seorang teman yang mencari-cari apa arti kehidupan ini dan berusaha menemukan damai yang sejati.
Ia pergi berkeliling dunia hingga 36 negara, hanya untuk menemukan makna kehidupannya dan mengenal seperti apakah rupa dunia ini.
Ia mempelajari seluruh ajaran agama dan kepercayaan di mana pun ia berada.
Saat ia pergi ke india, ia belajar bersemedi, berdiam diri di tempat sunyi dan sebagainya.
Ia bersepeda melintasi gunung di china dan berusaha menemukan kedamaian.

Dan akhirnya kami (saya dan suami) berjumpa dengan dirinya diindonesia.
Negara tujuan akhirnya yang membuatnya jatuh hati.
Kami bercerita mengenai kehidupan suami istri yang sedang kami jalani seumur jagung.
Kami bercerita bagaimana kami selalu suka berdoa bersama dan saling menopang satu sama lain.

Dan akhirnya saya meresponi satu hal melalui cerita teman kami ini.
Bahwa kedamaian hanya ditemukan di dalam Keluarga, yaitu rumah yang penuh dengan kehangatan kasih sayang.
Dan ternyata benar, ia bercerita bahwa ia telah bercerai dengan istrinya dan meninggalkannya selama 11 tahun untuk berkeliling dunia.
Hanya karena istrinya tidak mau untuk hidup dan melalui keadaan sulit yang serba kekurangan.
Ia hanya berkata pada istrinya, "You want money? I'll give you money!"

Akhirnya, ia pulang 11 tahun kemudian dan memberikan seluruh uangnya dan menceraikan istrinya dan meninggalkan anak laki-lakinya.

Ia kembali melanjutkan petualangannya ke negara-negara lain dan akhirnya kami berjumpa di indonesia.
Saya hanya dapat mengatakan, "Engkau tidak perlu mencari damai lagi, karena kedamaian itu bisa engkau dapati di dalam keluargamu sendiri. Your own family."

Meski terlihat sudah terlambat, namun ia dapat kembali menciptakan kedamaian itu melalui dirinya sendiri.

Kalau saat ini keluarga kita sedang penuh dengan pertikaian, perbantahan, perselisihan dan  perdebatan juga pemberontakan. Marilah kita belajar untuk menjadi pembawa damai di mana pun kita berada, terutama di dalam keluarga kita.
Dan janganlah membawa perpecahan.


Jadilah Pembawa Damai supaya orang lain bisa merasakannya, maka hidupmu dan keluargamu pasti juga akan dipulihkan.

Tuhan Memberkati.

Bersukacitalah

Tidak dapat dipungkiri bahwa hati yang gembira adalah obat yang sangat manjur.
Saya memiliki seorang teman wanita yang sedang mengidap penyakit kanker yang ganas.
Sebagian dari kelenjarnya telah diangkat sehingga mengakibatkan "kelumpuhan" yang membuat lengan kirinya sudah tidak dapat lagi berfungsi dengan sebagaimana mestinya.

Berbagai pengobatan dan penyinaran dengan menggunakan radiasi telah dia lakukan.
Saat tidur pun dia tidak bisa lagi berbalik ke kanan atau ke kiri.
Saya mendengar sendiri betapa menderitanya ia menjalani proses demi proses yang harus dia lakukan supaya dapat tetap hidup bagi suami tercintanya.

Dia tidak dapat membayangkan bagaimana keadaan suaminya tanpa ia di sisinya, karena itu ia berjuang keras melawan penyakit itu supaya dapat menemani suaminya sampai tua.

Namun di tengah-tengah penderitaan yang ia alami, ia selalu tertawa dan bersukacita.
Ia selalu bercerita kebaikan Tuhan yang ia terima.
Dan saya menjadi semakin yakin bahwa hati yang gembira adalah obat yang manjur, karena saya melihat bahwa keadaannya makin hari semakin membaik dan semakin sehat.

Dan saya menjadi semakin yakin bahwa ia akan sembuh tidak peduli apapun penyakitnya.

***

Banyak orang menderita dan menjadi sakit karena mereka tidak lagi bisa tertawa dan berbahagia oleh karena tekanan dan keadaan di sekeliling mereka.
Banyak penyakit berasal dari hati yang pedih dan pikiran yang penat dan tertekan...

Marilah kita memulai hari ini dengan menikmatinya dengan penuh ucapan syukur
Dan Bersukacitalah!

Minggu, 09 Oktober 2011

Mama Sangat Menyayangimu...


KISAH YANG SANGAT MEMILUKAN!

Anak perempuan kecil yang malang ini memberitahukan ibunya, "Mama, aku baru saja melukis dengan memakai lipstik mama".

Ibunya yang mendengar hal itu menjadi sangat marah, lalu melihat lipstik mahal yang baru saja dibelinya telah tinggal setengah , sementara wajah, tangan dan baju anak perempuannya telah belepotan dengan lipstik tersebut. 
Dengan sangat marah, ibu itu mengamuk dan memukuli anak perempuan kecil yang malang tersebut tanpa menghiraukan tangisan dan jeritan dari mulut kecilnya.

Setelah berhasil melampiaskan emosinya, ibu ini baru sadar kalau anak perempuannya sudah tidak bergerak lagi. Ia pun menguncangkan tubuh anaknya sambil menangis dan memohon-mohon agar anak perempuannya membuka matanya.

Tapi terlambat..... jantung anak perempuannya telah berhenti berdetak.
Dan saat sang ibu melihat ke seprei tempat tidur anaknya, disitu tertulis sebuah tulisan dengan tinta lipstik merah, sebuah tulisan khas anak kecil: "Mama, aku sangat mencintaimu".

By: Hope Harry

***

Banyak hal bisa kita pelajari melalui kisah memilukan ini. Kasihilah anak anda melebihi segala ego anda. Karena mereka adalah pemberian dari tangan Tuhan yang istimewa.

Dapat anda bayangkan betapa sakit dan pedihnya hati Tuhan saat melihat hadiah pemberianNya kepada anda menjadi rusak bahkan hancur seperti serpihan yang tidak akan bisa diperbaiki lagi.

"And Every Good Gift Comes From My Hands."

Jumat, 07 Oktober 2011

Asli atau Palsu

Terkadang sulit bagiku untuk menebak siapa dia yang sebenarnya.
Ia berdiri dengan tegap dan terlihat percaya diri di hadapanku.
Namun ada sesuatu di dalam dirinya yang membuat aku tidak menyukainya.
Sesuatu... Yang ia tidak ingin orang lain mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya.
Ia selalu berusaha terlihat sempurna di depan semua orang.
Ia tidak membiarkan orang lain mengetahui kelemahan dan kesalahannya.

Apakah ini adalah kriteria seseorang yang anda cari untuk mendampingi anda seumur hidup anda dalam pernikahan?
Saya secara jujur akan menjawab tidak.
Saya sangat menyukai kejujuran dan ketulusan, dan itu terlihat dari segala ucapan yang keluar dari bibir seseorang.
Semua orang pasti menyukai sosok yang terbuka dan tampil sebagai dirinya sendiri dan bukan seseorang yang menutupi siapa dirinya agar terlihat sempurna.

Biasanya saya tidak akan terburu-buru untuk jatuh cinta dengan seseorang meski rasa ketertarikan sudah mulai muncul. Saya akan memberikan penilaian-penilaian terhadap pribadinya sebelum saya memutuskan untuk jatuh cinta dengannya.
Dan saya akan meminta pendapat orang-orang yang terdekat di hati saya untuk menilai dirinya dengan cara memperkenalkannya pada mereka.

Sehingga keputusan saya untuk menikahinya tidak akan menjadi keputusan yang akan saya sesali seumur hidup saya. Agar jangan sampai setelah anda menikahinya anda terkejut melihat dirinya yang sebenarnya.

Saya telah menikah dengan seorang pria baik yang amat sangat mencintai saya dan bukan hanya itu saja karena saya menikahi seseorang yang memiliki hati yang tidak semua pria miliki dan saya amat sangat mengaguminya.


You can find someone that will complete your life

Selamat Menemukan Cinta Sejati Anda

Kamis, 06 Oktober 2011

Kebaikan Hati

Malam berganti malam
Pagi berganti pagi
Matahari , bulan dan bintang datang silih berganti
Memberikan cahaya dalam hidupku dan membuatnya berarti

Ibu selalu menceritakan kisah yang sangat indah padaku setiap malam.
Ibu tidak pernah lelah untuk menceriterakan kisah ini terus-menerus.

Ibu berjumpa dengan seorang pria yang amat sangat baik pada masa mudanya. Ibu langsung saja jatuh hati  pada pria itu, pria itu begitu baik, lemah lembut dan humoris.
Sentuhannya yang manis dan kecupan bibirnya selalu membuat dunia ibu menjadi hangat.

 “Dialah matahariku.” Kata ibu tersenyum.

Ya, Dialah ayah.

Ayah yang sangat aku dan ibu cintai.

Ibu sangat mencintainya. 
Ayah selalu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan ibu, terutama saat aku baru lahir Ayah semakin giat bekerja. Ibu bercerita bahwa ayah selalu bermain bersamaku selepas pulang kerja. Dan ayah sangat menyayangi ibu.

Ayah adalah pria yang baik, ayah selalu suka menolong teman-temannya dan tidak pernah berpikiran buruk tentang orang lain. Bahkan untuk menolong sahabatnya ayah juga memberikan sebagian uang pribadinya untuk membantu temannya tanpa meminta kembali pemberiannya. Oleh karena itu ibu sangat mencintainya, karena ayah memiliki kebaikan hati yang luarbiasa.

Ayah tidak pernah mempertahankan sesuatu sebagai miliknya, ia selalu membaginya dengan orang lain terutama kami sekeluarga. Ayah selalu pulang membawa makanan untuk ibu di rumah dan aku. Ayahku begitu baik dan memperhatikan kesehatan ibu.

Ayah tidak pernah mengeluh lelah saat pulang dengan setumpuk pekerjaannya. Ayah selalu memakan apapun yang dihidangkan ibu dan selalu memujinya. Bila ayah bosan dengan masakan ibu, ayah selalu berkata, ”Bu, besok masak yang lain ya?” sambil memeluk ibu dari belakang dan mengecup pipinya, sementara aku bermain dalam box bayiku kata ibu.

Ayah selalu ada bagi ibu dan aku juga selalu ada bagi teman-temannya yang membutuhkan. Ayah memliki hati yang tulus yang tidak dimiliki oleh siapa pun. Hingga akhirnya penyakit jantung merenggut ayah dari pelukan kami berdua saat aku berusia 4 tahun.

Ayah tertidur dengan pulas dan tidak bangun lagi.

Ibu baru sungguh-sungguh menyadari ayah adalah seorang pria yang luar biasa pada saat kematiannya. Seluruh teman-temannya hadir pada pemakaman ayah pagi itu. Halaman pemakaman dipadati oleh wajah-wajah asing yang pernah ayah tolong. Mereka bersedia menunggu hingga jasad ayah diturunkan dalam liang kubur sore itu.

Begitu banyak tamu yang hadir dan mereka semua bercerita tentang kebaikan ayah. Seseorang bercerita bahwa ayah pernah menolongnya dari hutang sehingga ia dan keluarganya dapat bertahan hidup dan membangun usaha baru. Kini usahanya menjadi maju dan sukses. Beliau memberikan ibu sebuah cek, “Nyonya terimalah ini! Saya tahu ini tidak banyak membantu tetapi saya tahu Danny akan sangat membutuhkan uang ini untuk masuk sekolah nanti.”

Dan semua orang memberikan semua yang bisa mereka berikan untuk membantu ibu dan mereka menunjukkan rasa simpati mereka dengan memberikan ibu dukungan dan doa.

Pemakaman berakhir dan ibu membawaku pulang ke rumah.

Betapa terkejutnya ibu saat membuka amplop demi amplop yang diberikan teman-teman ayah. Semuanya bisa ditabung untuk masa depanku kata ibu sambil menangis.

Ayah tidak pernah menjadi kaya seumur hidupnya, tetapi aku tahu bahwa ayah kaya dalam kebajikan hatinya dan ayah sangat kaya.

Kini aku sedang berdiri di depan pintu gereja, menggandeng seorang wanita cantik yang akan kunikahi. Perjumpaanku dengan ayah begitu singkat, bahkan aku tidak benar-benar merasakan bahwa dia pernah memelukku, tetapi apa yang ia tinggalkan begitu membekas dalam hati ibuku dan memberiku banyak inspirasi dan kekuatan.

“Ayah, andai kau ada di sini.” Kataku dalam hati sambil memandang ibu dari sudut pintu. Ibu berdiri sendirian di depan altar menunggu kami berdua masuk. 

Aku kasihan melihat ibu berdiri sendirian tanpa di dampingi lengan ayah yang melingkar di bahunya. Sepanjang hidupnya ibu tidak pernah memikirkan dirinya sendiri, ibu selalu memikirkan aku setelah ayah meninggal. Semua nilai-nilai yang ayah miliki, ibu ajarkan padaku.

Ibu terlihat begitu kuat, terutama setelah ayah pergi. Ibu selalu berkata, “Tidak ada satu pun pria yang dapat menggantikan ayahmu.” Kehadiran ayah begitu kuat dalam diri ibu, meski ibu mengenalnya tidak lebih dari 10 tahun.

Malam sebelum aku akan menikah ibu berkata, “Ibu tidak akan pernah sendirian, Danny. Kau tidak usah kuatir, bayang-bayang ayahmu selalu berada di sisi ibu untuk melindungi ibu dan menghibur ibu.”
Ayah mungkin sudah lama meninggal, tetapi sosok ayah tetap melekat dan hidup dalam diri ibu.



Kebaikan hati tidak akan pernah bisa dicuri oleh siapa pun.
Kebaikan hati tidak dapat diperoleh dengan cara menjegal orang lain.
Kebaikan hati menghiasi kepala seseorang dengan mahkota.
Dan Kebaikan hati adalah warisan yang tidak akan pernah punah.


By Angela Roseli.

Kamis, 25 Agustus 2011

Menjaganya Selagi Aku Memilikinya

Roda berputar tanpa bisa kembali lagi
Waktu terus berjalan tanpa bisa menoleh ke belakang lagi
Orang-orang datang dan pergi dengan meninggalkan kenangan pahit dan manis dalam hidup kita
Hidup hanya sekali saja
Dan aku akan mempertaruhkan apa pun demi orang yang kucintai

Itulah Dave bagiku. Dia adalah pria tampan yang hadir dalam kehidupanku. Aku berjumpa pertama kali dengannya saat berada di dalam sebuah bis. Aku melangkahkan kaki naik ke atas bis antar kota dan aku melihat sebuah jaket angkatan laut tersampir di sandaran kursi depan tepat di sebelah jendela tanpa pemilik.

Aku terbiasa duduk di kursi depan di bis, apalagi saat itu hanya kursi depan yang tersedia. Aku duduk di sebelah jaket itu berada. Beberapa saat kemudian, masuklah seorang pria tampan berbadan tegap dan berperawakan tinggi, rambutnya pirang keemasan mengombak di terpa angin sepoi-sepoi pagi itu.

Aku belum sepenuhnya menyadarinya, hingga akhirnya dia berada tepat di sampingku dan berkata, "Permisi, apakah saya bisa lewat?" katanya sambil berusaha melewati kakiku.

"Oh, silahkan." kataku sopan sambil memberinya jalan.

Bis akhirnya berangkat meninggalkan stasiun setelah aku menunggu kira-kira 10 menit. Sepanjang perjalanan kami sempat berkenalan dan dia memperkenalkan diri. Setelah itu kami terdiam sejenak.

"Anda mau kemana, Patti?" tanyanya.

"Oh, aku hendak pulang ke rumahku. Aku ingin berakhir pekan bersama ibuku." kataku singkat kemudian aku terdiam kembali.

Aku adalah tipe wanita yang tidak banyak bicara dengan pria asing, namun ia tidak berhenti bertanya dan berusaha ingin mengenalku. Sepanjang perjalanan dia bercerita tentang kepulangannya ke rumah orang tuanya dan segudang kegiatan serta berbagai latihan militernya. Kami melewati ladang-ladang gandum yang sudah menguning sepanjang perjalanan itu, namun ia tidak pernah kehabisan cerita.

Ia , supel, ramah, pandai berhumor, saat itu aku mulai mengetahui bahwa ia adalah pria yang baik hati. Aku merasa dialah satu-satunya pria yang dapat membuatku merasa nyaman di sisinya. Aku tidak menemukan adanya kepalsuan di dalam dirinya, dia terlihat jujur dan murni dan ia tampil apa adanya.

Ia bercerita bagaimana bibinya memakaikannya sweater rajut bergambar Rudolfh (rusa berhidung merah) saat pesta di rumahnya sehingga membuatnya tampak kekanak-kanakan dan ditertawakan semua teman-temannya. Dan betapa bahagianya ia setelah seorang gadis menyebalkan menumpahkan coklat panasnya ke arah sweater barunya itu.

Yeah, aku memahami itu. Kau pasti bahagia karena tidak perlu memakai sweater memalukan itu lagi.

Akhirnya aku tiba di kotaku dan kami berpisah di stasiun karena Dave harus mengambil bis berikutnya dan menuju kota kelahirannya. Dia meminta nomor telefon selularku. Awalnya aku tidak yakin dan ragu, karena kami baru saja berkenalan dan itu bukan hal yang wajar.

"Aku akan meneleponmu, Patti!" Katanya keras-keras sambil melambaikan tangannya.

"Oh, tidak! Siapa pria memalukan itu yang berteriak-teriak memanggil namaku keras-keras." pikirku malu.

Semua orang melihat ke arah kami, aku bisa merasakan pipiku terasa panas dan memerah. Aku tidak menjawabnya dan membalikkan badanku mengambil shuttle bus ke rumahku.

Aku sedang bersantai di rumah membaca buku favoritku, sementara ibu sedang memanggang kue kesukaanku di oven. Semerbak bau coklat memenuhi ruangan dan membuatku semakin ingin bergelung di dalam selimutku.

"Kenakan jaketmu, Patti! Sebentar lagi musim dingin tiba." kata ibu dari dapur sambil menyiapkan makan siang.

"Oke, Mom..." jawabku santai.

Hingga lamunanku dibuyarkan oleh sebuah telefon yang berdering dari selularku. Sebuah nomor asing yang tidak kukenal menghiasi layar ponselku.

"Halooo???" kataku sambil berusaha mengenali penelepon di seberang sana.

"Hai, Patti?" jawab suara pria itu.

"Masi ingat? Sweater rusa dan coklat panas?" lanjutnya.

"Oh, kau? Mengapa meneleponku?" kataku tidak percaya.

"Tidak apa-apa, bukan? Aku tidak sedang melakukan kriminal. Aku hanya ingin menyapamu dan mendengar suaramu saja." katanya ringan.

Itu adalah awal hubungan kami. Dia mulai mengunjungi rumahku dan keluargaku. Ia berjumpa dengan ibuku dan berjabat tangan dengan ayahku. Ibuku mulai mengajaknya makan siang di rumah kami bersama, namun aku menolaknya karena malu.

"Oh, ibu... Untuk apa kau mengundangnya? Jangan membuatku malu, bu." kataku tidak percaya dengan apa yang ibu pikirkan.

"Ayolah, Patti. Dia pria yang baik dan sopan, mengapa kau memperlakukannya dengan tidak sopan." kata ibu sambil menyiapkan salad.

"Dia hanya berpura-pura, bu. Dia ingin mengambil hati kalian berdua." kataku pada ibu sambil melirik ke arah ayah yang sedang membaca koran.

"Oh, Patti sudahlah. Terima dia, dia pria yang baik." kata ibu sambil menuangkan minyak zaitun ke atas saladnya sambil mengaduk-aduknya dengan sendok kayu di kedua tangannya.

"Ting-tong..." suara bel pintu depan berbunyi.

"Ooooh, ini dia datang???" kataku malas.

Aku berusaha menyangkali perasaanku, tidak pernah terlintas di benakku bahwa aku akan berhubungan dengan seorang militer.

"Oh, Patti jaga kelakuanmu." kata ibu, kemudian membuka pintu depan.

"Halo, Dave cepatlah masuklah. Di luar dingin sekali." kata ibu sambil segera menutup pintu.

"Terima kasih Mrs. William, anda baik sekali." jawabnya.

"Mulailah ia dengan basa-basinya." kataku dalam hati dan tidak menghiraukannya.

Akhirnya kami sudah duduk dan makan siang bersama. "Kalkun buatan anda memang nomer 1, Mrs. William." katanya tersenyum.

Ibu membalasnya dengan tersenyum malu-malu sementara aku memutar bola mataku tidak percaya dengan perilaku ibu yang seperti gadis remaja berusia 15 tahun.

"Sudahlah, Dave. Kau pintar memuji. Panggil aku bibi saja. Kau sudah mengenal kami." kata ibu.

"Apakah kau menyukai putri kami?" tanya ibu tersenyum sambil melirik aku.

"Apa??? Ibu!!!" kataku dalam hati sambil melotot ke arah ibu.

"Aku tidak percaya ibu mengatakannya." 

Ibu benar-benar berada di pihaknya dan memberikan dia begitu banyak kesempatan. Hubungan kami terus berjalan karena Dave adalah pria yang tidak mudah menyerah. Dia sering memberikan hadiah-hadiah pada ibu setiap kali berkunjung seolah-olah menyogok ibu supaya bisa mendekatiku.

Berat untuk mengakui bahwa akhirnya aku jatuh cinta dengan seorang pria militer yang berjuang membela negara. Kami menikah dipertengahan abad pada tahun 1938, kami begitu bahagia dan menikmati kebersamaan kami. 

Tiga bulan  berikutnya Dave mendapatkan panggilan dari markas besar untuk ikut dalam pertempuran. Dave pergi meninggalkanku sementara aku hanya bisa menangis menatap kepergiannya. Aku memandangi kereta itu hingga menghilang dari pandanganku. Hatiku sangat hancur dan mengapa negara harus mengambil suamiku untuk ikut dalam pertempuran.

Awal-awal kepergiannya ia mengirimiku surat. Ia sedang berada di camp perbatasan lengkap dengan peralatan perangnya yang dibawanya tidur serta dan terus berjaga sepanjang malam. Bulan demi bulan berlalu, kabarnya semakin jarang kudengar.

Aku mulai berlutut dan berdoa setiap malam supaya Tuhan menjaga dan menolongnya di medan pertempuran. Hampir setahun berlalu, aku mulai tidak sabar dan menantikan kepulangannya. Tidak satu pun kabar atau surat yang kuterima. Dan aku tahu kondisinya pasti sedang tidak mungkin untuk mengirimkan surat padaku.

Aku bertanya di kantor pos apakah ada surat untukku. Aku pergi bertanya ke perwakilan militer negara bagian dan menempuh perjalanan jauh, bila ada kabar dari kesatuan suamiku. Namun mereka tidak mendapatkan kabar apapun.

Aku begitu mengkhawatirkan keselamatannya. Aku berdoa supaya Tuhan membawa suamiku pulang ke pelukanku dalam keadaan selamat dan kami bisa bersatu selamanya.

Perang dunia II meletus pada tanggal 1 September 1939, dan aku bersyukur sebab Amerika Serikat menyatakan mereka tidak ingin terlibat dan sebagian besar warga Amerika merasa Amerika Serikat sebaiknya tetap netral.

Namun, ujian ini belum selesai. Hingga pada tanggal 7 Desember 1941 Jepang mengebom Pearl Harbor dan menewaskan 2.403 jiwa. Sehingga mengakibatkan Amerika Serikat menyatakan perang terhadap Blok Poros (Jerman, Jepang, dan Italia). Amerika Serikat terlibat dalam dua front, yaitu Front Pasifik melawan Jepang, dan Front Eropa dan Afrika melawan Jerman dan Italia.

Hal ini semakin menguatkan hatiku dan membulatkan tekadku untuk mencari Dave di camp perbatasan. Aku tidak dapat menahannya, aku harus mencari Dave. Akhirnya aku mengajukan diri sebagai relawan di camp pertempuran sebagai perawat dan merawat setiap korban perang.

Aku mengemasi barang-barang pentingku dan membawa barang-barang yang dapat mengingatkanku pada Dave, termasuk baju-bajunya dan mantelnya.

Aku tiba di camp perawatan lengkap dengan baju putih berlengan panjang dan topi perawat, hatiku berdebar-debar dan sangat terenyuh. Aku melihat begitu banyak tentara yang terluka. Darah membanjiri baju mereka, beberapa mengalami luka tembak, ledakkan ranjau dan luka-luka akibat letusan bom di sekitar mereka. Nyawa sama sekali seolah-olah tidak lagi berharga. Aku mendengar letusan di mana-mana. Kengerian dan kegemparan meliputi seluruh wilayah pertahanan pada saat itu.

Namun rumah sakit ini hanya untuk para tentara yang terluka parah sedangkan tentara di medan pertempuran mendapatkan perawatan di camp perawatan di zona perang. Mereka meletakkanku di markas besar karena wanita tidak diijinkan ikut sebagai relawan di zona perang.

Rintihan dan teriakan kudengar di sepanjang selasar. Kami berada di sebuah rumah sakit yang berada di perbatasan. Rumah sakit itu telah di evakuasi dan hanya digunakan untuk menampung setiap tentara yang terluka.

Sebuah bangsal besar dan panjang dengan langit-langit yang tinggi dan jendela yang terletak di atas langit-langit membuat rintihan demi rintihan serasa bergema di sepanjang selasar itu. Aku segera memeriksa tentara-tentara yang terluka sekaligus mencari kalau-kalau Dave juga ada di sana.

Namun aku tidak menemukannya. Aku hanya memiliki 2 buah pilihan, Dave masih selamat atau Dave tewas di pertempuran. Aku sama sekali tidak mau membayangkan sesuatu yang buruk menimpa Dave. Dan aku tahu Dave pasti masih bertahan di luar sana. Ia adalah pria yang tegar dan aku tahu ia pasti selamat karena aku selalu memohonkan supaya Tuhan menjaganya.

Aku membantu dokter melakukan operasi darurat pada para tentara korban ranjau dan bom. Aku membantu pengiriman obat-obatan di tengah medan peperangan. Berbulan-bulan aku berada di sana, namun tidak ada kemajuan mengenai berita Dave.

Suatu hari ketika aku melihat Heidi yang sedang menyusun obat-obatan di dalam kotak. Tiba-tiba aku mendapatkan ide. Heidi adalah kepala medis yang ditunjuk pada saat itu.

“Heidi, ijinkan aku ikut mengawal obat-obatan ini ke medan pertempuran.” Kataku sambil memegang tangannya.

“Kau sudah gila, Patti. Kau bisa terbunuh di sana.” Katanya tidak percaya.

“Heidi, aku harus mencari suamiku. Aku harus memastikan bahwa dia selamat dan dalam keadaan baik-baik saja.” Jelasku

“Oh, Patti... Aku mengerti perasaanmu... Tapi di sana sedang kacau-balau... Tidak mudah mencari suamimu dalam situasi seperti itu.” Jawabnya sambil menenangkanku.

“Tidak, Heidi. Percayalah padaku, aku akan kembali dengan selamat dengan membawa kotak obat ini. Aku harus menemukannya.” Kataku serius.

Ia akhirnya mengabulkan keinginanku untuk turun ke camp pertempuran. Aku berangkat bersama dengan 5 buah mobil tentara greyhound penuh dengan muatan obat-obatan dan botol-botol kaca berisi obat bius dan cairan pembersih luka, semuanya untuk pertolongan pertama. Obat-obatan ini untuk persediaan hingga 7 sampai 8 bulan. Seorang tentara yang mengemudikan mobil itu. Aku bertanya kalau-kalau dia mengenal Dave, namun ia tidak mengenalnya.

Aku menempuh perjalanan jauh semalam-malaman dan melewati daerah yang belum pernah kulalui sebelumnya. Lambat laun suara-suara ledakkan terdengar semakin keras dan dekat. Dan aku tahu bahwa aku semakin dekat dengan tempat suamiku berada.

Aku berdoa sepanjang perjalanan itu, supaya Tuhan mempertemukan kami berdua. Karena aku mau berada di mana suamiku berada. Aku tidak bisa membiarkannya di luar sana berjuang sementara aku tidak memberikannya pertolongan. Aku tidak akan menyerah sampai aku menemukan suamiku.

Pagi-pagi buta tidak tahu jam berapa, akhirnya aku tiba di camp pertempuran. Aku segera melompat turun dan menurunkan obat-obatanku. Beberapa tentara yang melihatku sangat keheranan melihat seorang wanita berada di camp pertempuran dan mengawal obat-obatan.

Aku membawa masuk sekotak penuh obat-obatan ke dalam camp. Aku mendorong pintu tenda itu dengan punggungku dan berputar masuk melalui pintu camp. Saat aku masuk seluruh tentara memandangiku dengan tatapan keheranan. Aku mengetahui apa yang ada di balik tatapan mereka.

Aku segera mengeluarkan peralatan pertolongan pertama dan segera membalut para tentara yang terluka. Beberapa dari mereka kemudian berdiri dan segera membantuku menolong teman mereka sementara mereka sendiri sedang terluka.

Aku tidak mau mereka bersimpati hanya karena aku seorang wanita. Aku membantu para dokter disana menjahit luka-luka terbuka akibat ranjau atau tembakan.

Berhari-hari aku berada di dalam camp pertempuran itu dan setiap hari aku melihat tentara yang tidak ada habis-habisnya keluar masuk ke dalam camp itu. Aku memeriksa setiap tentara kalau-kalau Dave ada di antara mereka. Tetapi aku tidak menemukannya. Aku bertanya apakah mereka mengenal Dave, Dave Thompson. Namun mereka hanya menggelengkan kepala.

“Nona, bila engkau ke sini hanya untuk mencari suamimu lebih baik kau kembali pulang saja. Ini bukan tempatmu” kata sersan Morris yang menegurku saat itu.

“Keadaan di sini begitu kacau, beberapa pasukan tercerai-berai. Jadi aku harap engkau mengerti.” Lanjutnya.

“Maafkan aku, sersan. Aku masih mau berada di sini, aku akan membantu sekuat tenaga.” Jawabku, aku harus bertahan demi Dave.

Setiap malam aku mendengar letusan bom yang bersusul-susulan dan gencatan senjata. Aku terjaga terus berhari-hari tanpa bisa tidur. Aku hanya sanggup tidur sesaat dan kemudian terjaga lagi begitu ada tentara yang masuk ke dalam camp. Bahkan aku masi bisa mendengarkan suara dentuman tank dan bom dalam tidurku.

Aku masih terus percaya bahwa Dave masih selamat di luar sana. Berminggu-minggu kulalui, aku bertanya pada setiap tentara yang terluka kalau-kalau mereka menemukan Dave. Namun mereka tidak menemukannya. Aku terus menguatkan hati setiap tentara-tentara yang terluka dan aku menawarkan diri untuk berdoa bagi mereka dan keluarga mereka.

Aku berjalan melintasi ranjang-ranjang yang berjajar sepanjang camp sambil memegangi nampan kecil berisi peralatan medis darurat pada salah satu tanganku dan melewati beberapa tentara yang sedang berbaring di ranjangnya.

Seorang tentara yang sedang duduk di atas ranjang tiba-tiba memegang pergelangan tanganku. Tangan kirinya di balut perban dan digantungkan pada lehernya, sementara kepalanya yang terluka dan dibalut perban.

Ia berkata, “Nyonya, suamimu pasti selamat dan kau pasti akan menemukan suamimu. Aku percaya! Aku salut akan kegigihanmu” katanya menguatkan hatiku.

“Aku mengklaim setiap perkataannya bahwa ini adalah peneguhan dari Tuhan atas setiap doa-doaku.” Kataku dalam hati.

“Terima kasih, Tuan. Tuhan memberkati anda.” Sahutku sambil tersenyum ke arahnya.

Bulan demi bulan aku lalui dalam camp itu dan aku berpikir bahwa aku tidak bisa selamanya menunggu kabar yang tidak pasti ini. Semua korban tidak mengetahui di mana keberadaan Dave saat ini.

Aku memutuskan menghadap sersan Morris dan mengajukan diri untuk ikut membantu para korban di medan pertempuran. Aku tidak bisa berdiam diri di sini dan menunggu.

“Tidak, Mrs. Thompson. Anda sudah gila. Tempat itu bukan bagi para wanita.” Katanya menolah tegas.

“Tidak, tuan. Saya sudah memikirkan hal ini matang-matang sebelumnya.” Kataku.

“Kalau anda turun ke medan pertempuran hanya untuk mencari suami anda. Tetap saya katakan tidak.” Tambahnya.

Keputusannya sudah bulat untuk menolakku. Aku keluar dari tendanya dengan perasaan kecewa. Apa lagi yang harus kuperbuat.

“Oh, Dave... Maafkan aku.” Tangisku

Aku berjalan dan tertunduk lesu kembali ke campku sambil memikirkan cara untuk bisa turun ke medan pertempuran. Saat itulah aku sedang melihat Robert – pria kekar dengan baju militer tengah mengangkut beberapa kotak penuh berisi obat-obatan ke dalam mobilnya.

“Oh, Robert... Syukurlah aku bertemu dengan engkau di sini.” Kataku sambil berlari menghampirinya.

“Oh, Mrs. Thompson. Ada yang bisa kubantu?” tanyanya sambil meletakkan kotak besar berisi botol-botol kaca yang terakhir ke dalam mobilnya.

“Robert, ijinkan aku ikut denganmu. Biarkan aku membantumu di garis perang, aku tahu banyak yang bisa kukerjakan disana.” Kataku memohon.

“Oh, Mrs. Thompson. Aku tidak bisa melakukannya. Bagaimana bila sersan Morris mengetahuinya? Ia akan menghukumku.”

“Tidak Robert, tidak. Aku yang akan menjelaskan semuanya. Aku mohon Robert, aku harus menemukan suamiku.” Kataku memohon.

Aku berusaha sekuat tenaga menahan supaya air mataku tidak mengalir.

“Aku mohon Robert. Tolonglah aku kali ini saja. Aku harus bertemu suamiku.”

Robert hanya terdiam sambil memandangku penuh iba.

“Baiklah, Mrs. Thompson. Ambil barangmu dan segera naiklah. Aku tidak bisa menunggumu lama-lama.” Katanya.

Hatiku melonjak kegirangan dan segera berlari mengambil tasku. Dalam waktu semenit aku sudah berada di dalam mobilnya tepat di sebelah Robert.

“Ini gila, Mrs. Thompson... Ini sudah gila..” Katanya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dan melihat ke arahku.

“Saya membawa anda dalam mobilku ke garis perang. Ini sudah di luar akal sehat, Mrs. Thompson.” Katanya menyesal sambil terus mengemudikan mobilnya dalam kecepatan penuh.

“Obat-obatan ini harus segera sampai disana. Kalau tidak saya pasti sudah mengembalikan anda.”

“Kau tidak perlu menyesal, Robert. Tuhan memberkati kebaikan hatimu.” Kataku tersenyum.

“Apakah kau sudah menikah, Robert?” tanyaku sambil memandanginya.

“Belum, Mrs. Thompson. Aku baru berusia 25 tahun.” Jawabnya.

“Aku mengenalnya saat aku berusia 25 tahun dan ia berusia 30 tahun, Robert.”  Kataku sambil menundukkan kepala.

“Maksud anda, suami anda?” tanyanya.

“Iya, Robert. Aku sangat mencintainya, namun perang telah mengambilnya dari pelukanku setelah 3 bulan kami menikah.”
Air mata terjatuh begitu saja dari pipiku. Aku baru tersadar selama ini aku sudah menahan air mataku begitu lama. Hampir 4 tahun sudah aku tidak pernah mendengar kabar suamiku. Surat sudah berhenti datang dan semua orang tidak mengetahui keadaan suami dan anak mereka selain melalui radio.

“Mrs. Thompson, maafkan aku. Anda begitu tegar, anda menginginkan suami anda melebihi hidup anda sendiri.” Katanya simpati.

“Tidak apa-apa, Robert. Aku berdoa setiap malam supaya Tuhan memberinya pertolongan.” Kataku tersenyum.

“Tuhan pasti menolong anda, nyonya.” Katanya.

Beberapa jam kemudian aku tiba di sebuah camp kecil. Aku disambut oleh serdadu yang sudah menunggu kedatangan mobil obat-obatan.

“Kita sudah sampai Mrs. Thompson.” Katanya.

Aku turun dari mobil dan kembali tentara-tentara memandangiku dengan tatapan tidak percaya bahwa ada seorang perawat wanita terjun di garis perang. Aku berusaha memantu Robert, namun ia melarangku karena aku seorang wanita. Aku membantunya membawa kotak obat-obatan yang ringan.

Saat aku masuk ke dalam tenda, saat itulah aku melihat Dave sedang duduk di ranjang dengan lengan kirinya terbalut perban. Ia menoleh ke arahku dan terlihat terkejut. Ia bangkit dari ranjangnya seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Aku segera meletakkan kotak obatku dan segera berlari ke arahnya. Aku memeluknya dan ia membalas memeluk tubuhku. Ia menciumku dan memelukku erat-erat seakan tidak percaya kalau aku berada di pelukannya saat ini.

“Oh, Dave. Tuhan mendengar doaku. Kau masih hidup, kau selamat.” Kataku terharu. Air mata tidak berhenti mengalir di pipiku.

Aku sadar semua orang sedang memandangi kami penuh haru dan aku tahu bahwa selama ini kami berdua terkoneksi melalui kuasaNya.

“Patti, kau sudah gila. Mengapa kau di sini? Aku mencemaskanmu sepanjang hari, aku memikirkanmu setiap malam. Aku berdoa supaya aku bisa kembali padamu. Aku selalu berjanji bahwa aku tidak boleh tewas di pertempuran karena aku masih memilikimu.” Katanya sambil memegang kepalaku dengan kedua belah tangannya yang kuat dan kemudian ia kembali menciumku dan memelukku.

“Yihhhaaaaaaaaaa!!!” teriaknya sambil menggendong kemudian memutar tubuhku dalam pelukannya.
“Hentikan, Dave... Kau membuatku pusing...” kataku bahagia.

“Kau tidak tahu betapa bahagianya aku bisa bertemu denganmu, Dave.” Aku menciumi seluruh wajahnya yang kotor dan tertutup debu.

“Maaf, Letnan Franklin. Apakah anda adalah suami Mrs. Thompson?” Tanya Robert terbata-bata dengan mata berkaca-kaca. Hidungnya memerah karena menahan tangis.

“Kau yang membawanya kemari, Robert?” Tanya Dave. Robert hanya menganggukkan kepala saja.

“Terima kasih, Robert.” Kata suamiku sambil merangkulnya. Sementara Robert masih kebingungan.

“Yeah, Robert. Dia istriku! Mrs. Patti Franklin Thompson.” Kata Dave memperkenalkanku.

“Tetapi, dia mengatakan suaminya bernama Dave.” Sahut Robert yg masih nampak kebingungan.

“Yeah, itu nama depanku namun aku tidak mengenakannya karena Dave terkesan seperti nama anak-anak di militer.” Jawab Dave tertawa.

“Maafkan aku, Mrs. Thompson. Saya tidak tahu anda sedang mencari Mr. Franklin.”

“Tidak apa-apa, Robert.” Sahutku tersenyum sambil berterima kasih padanya.

Aku dan Dave, kami banyak berbincang malam itu. Aku menanyakan kesehatannya, keadaannya, aku memeriksa lukanya, pengelihatannya, syaraf motoriknya melalui gerakan demi gerakan anggota tubuhnya. Dan tidak ada satu pun yang mengalami luka dalam atau trauma.

Aku membantunya di garis perang dan kami melewatinya semuanya bersama. Amerika melakukan tindakan balasan atas Pearl Harbour hingga pada ekonomi perang. Dan amerika pulang dengan membawa kemenangan pada tanggal 2 september 1949 yang menjadi akhir dari perang dunia II.

A Story by Angela Roseli.

Catatan Sejarah Pearl Harbor Attack:

BATTLESHIPS
Arizona sank at her berth as a result of one or more aircraft torpedoes and about eight heavy bomb hits. One of the bomb hits (estimated as 2,000 pounds) exploded the forward magazines. The ship is considered to be a total wreck except for material which can be salvaged and reassigned. A considerable amount of ordnance material has already been removed, and work is underway in removing the 12-inch guns from turrets three and four.

California sank at her berth as a result of hits by two aircraft torpedoes and one or more near bomb misses. Also received one large bomb hit on starboard upper deck abreast of foremast, which caused a serious 5-inch powder fire. It sank gradually for about three or four days and is now resting rather solidly on a mud bottom. The quarterdeck is under about twelve feet of water, and the port side of forecastle is under about three feet of water.

Nevada struck by one or more aircraft torpedoes and by at least five bombs and two near misses. Each of the near misses caused rupturing of the hull on the port and starboard bows, respectively. One bomb hit in way of foremast caused explosion and fire damage which wrecked the vertical area extending from the second deck to the bridge. Several bomb hits wrecked the forecastle from side to side forward of No. 1 turret, and this damage extended down to the second deck. Fragments from a bomb hit amidships caused considerable local damage to the mainmast, stack, and other structure, and caused many casualties to 5-inch gun crews.

Oklahoma capsized at her berth within eight to eleven minutes after receiving three or more hits by aircraft torpedoes. the hull is 20° to 30° to being up-side down, with a considerable portion of the bottom and starboard side above water.

Pennsylvania one bomb hit in way of after 5-inch gun starboard side. The vessel was in drydock No. 1. The damage from bomb explosion was considerable but not of a vital nature, although there were a large number of casualties and one gun was put out of commission. The damage did not extend below the second deck.

Maryland two bomb hits on forecastle. One small bomb (probably 100 pounds) passed through the forecastle deck forward of the chain pipes and exploded on the maindeck causing only a small amount of damage. The second bomb, (probably 500 pounds) passed through port side of the sip about twelve feet under water and exploded in the C&R storeroom. This explosion wrecked flats and bulkheads in that area, and fragments caused numerous leaks through the sides and bottom. These leaks were temporarily patched without going into drydock.

Tennessee two bomb hits (probably 15-inch shell type). One of the bombs struck the center gun of No. 2 turret causing a large crack which necessitated replacement of the gun. This bomb exploded and did considerable local fragment damage. Another similar bomb struck the top of No. 3 turret and penetrated same in way of a riveted joint. This bomb was a dud and did no serious damage except for putting one rammer out of commission. The Tennessee suffered serious damage aft in officers' quarters due to fire resulting from the great heat caused by the oil fire starting from the Arizona. The shell plates around the stern were somewhat buckled and joints broken.

West Virginia sank at her berth as a result of four or five aircraft torpedo hits and at least two bomb hits. The vessel rests on a hard bottom with all spaces flooded up to two or three feet below the main deck. Most of the damage from torpedoes is in the midship area, which is badly wrecked both below water and above water. A large bomb passed through the foretop and the boat deck and apparently exploded near the port side on the main or second deck. This explosion caused considerable wreckage and a terrific powder and oil fire, which burned out the whole area and extended to the foremast structure up to and including the bridge. A second bomb hit the top of turret III and passed through the 6-inch top. The nature of the penetration indicated defective material. This bomb did not explode but caused damage to the slide of the left gun. Recently another torpedo hole, and parts of the torpedo, have been located aft under the counter. The steering engine room appears to be wrecked and the rudder is lying on the bottom.

CRUISERS
Helena hit at frame 80 starboard side by aircraft torpedo causing the flooding of No. 1 and firerooms and the forward engineroom. The starboard engine was found to be seriously damaged. Temporary repairs to hull were completed at Pearl Harbor, T.H., and the vessel has proceeded to mare Island under two shafts to await permanent repairs.

Honolulu damaged by near miss of large bomb (probably 500 pounds) which passed through dock and exploded fifteen or twenty feet from the port side at frame 40. This explosion caused considerable damage to the hull and resulted in the flooding of storerooms and magazines in that area, and also drowned out the electric power cables of turret II. Most of the flooding resulted from rupture of a magazine flood seachest; the hull of the ship was not opened up but leaked some due to pulled joints and rivets. Permanent repairs were completed at Pearl Harbor, T.H.

Raleigh hit by one aircraft torpedo amidships on port side which flooded out the forward half of the machinery plant. The ship was also hit by one bomb (probably 500 pounds) which passed through three decks and out the ship's side, and finally exploded about fifty feet away. The damage from the explosion was not extensive, but together with the hold made in the side, caused serious flooding on the port side aft. This flooding was out of all proportion to the extent of damage and resulted from inability to close armored hatches tightly against the water head. The bomb struck only a few feet abaft the gasoline stowage. permanent repairs to the hull are being completed at Pearl Harbor, T.H. The vessel will return to Mare Island about the middle of February for permanent repairs to machinery and power leads, this being necessitated primarily by replacement of one boiler and the cast iron turbine casings of engine No. 4.

DESTROYERS
Shaw hit by one bomb while docked on floating drydock; also hit by many fragments from another bomb which struck the drydock. The serious fire following bomb hits resulted in blowing up of forward magazine and heat damage to shell plating in the forward areas. The after part of the ship was not seriously damaged. The Shaw was re-docked on the same drydock on January 26, 1942, for installation of a false bow at about frame 50. The vessel will be ready to proceed to Mare Island under her own power between 01 and 15 February.

Cassin and Downes: Cassin was struck by one bomb and Downes by two (probably 500 pounds). These vessels were in drydock No. 1 ahead of the Pennsylvania. One bomb explosion aft between the two vessels apparently knocked the Cassin partly off the drydock blocking and caused her to fall over on the Downes when the dock was being flooded during the raid. This caused a serious structural failure amidships and considerable local damage in way of the bridge. The torpedo warheads in the starboard tube of the Downes were set off and blew out the maindeck and starboard side of the vessel in that area. This caused some damage to boilers and engines. A serious oil fire followed the explosion and caused extensive damage to the hull of both vessels. Fragments and explosions have caused over 200 holes in the hull of the Cassin and probably well over 400 in the hull of the Downes.
Most of the machinery of both ships has been removed for examination and re-conditioning, and it now appears that the machinery of the Cassin is 98% good and the

Downes about 95% good. Permanent and temporary repairs have been made on the hull of the Cassin to permit her re-floating about February 5, and similar work is proceeding on the Downes.
At present it appears inadvisable to count on the recommissioning of these two vessels as first-line destroyers, but it is likely that repairs can be effected within two to four months which will make the vessels entirely suitable for escort vessels, thus releasing two first-line destroyers from this duty. The Navy Yard, Pearl Harbor, T.H., is working up sketch plans covering suitable arrangements for deck houses, bridge, armament, etc., adequate for an escort vessel. it is generally believed that although the hull of the vessels have been considerably weakened, they will be entirely adequate to carry the considerable reduced load in armament and other topside weights required for an escort vessel.

AUXILIARY VESSELS
Oglala sunk by one aircraft torpedo which passed under the ship from the starboard side and exploded against the starboard side of the Helena. Vessel sank slowly at ten-ten dick, capsized against the dock about 11/2 hours after being struck. This vessel is probably not worth salvaging but plans are being made to remove her from the berth that she now occupies.

Curtiss struck on kingpost starboard crane by Japanese airplane out of control. This resulted in some wreckage and damage due to fire. machinery of the crane was seriously damaged and the radio antennae were put out of commission. one bomb (probably 500 pounds) struck the forward end of the hangar on the port side off the center line, exploding on the second deck. The explosion and resulting fire caused a great amount of wreckage and loss of material. Temporary repairs have been completed and permanent repairs await availability of the ship at the Navy Yard, Pearl Harbor.

Vestal struck by two bombs (probably 500 pounds). One bomb hit forward and exploded in the steel shape storage, which stopped a large part of the fragments and minimized damage considerably. The other bomb struck aft and exploded in the hold, causing a large number of fragment holes through the shell. Flooding aft caused the after part of the vessel to submerge almost to the main deck. The vessel was alongside the Arizona when the raid commenced and was beached at Aeia to prevent further sinkage. Temporary repairs have been completed during a short stay in drydock, and permanent work will be completed when a dock is available.

Utah struck by two, and possibly three, aerial torpedoes capsized at berth. Ship is within a few degrees of being exactly upside down.