Aku menemukan Linzy dalam balutan selimut 4 tahun yang lalu di depan rumahku. Malam itu begitu dingin dan aku tidak bisa tidur. Aku berjalan menuruni tangga rumahku yang gelap untuk mengecek rumah sekaligus membuang sampah makan malamku.
Aku pergi ke dapur dan membereskan beberapa kekacauan dan kotoran. Aku memasukkan sisa kotak sterofoam ke dalam plastik sampah.
Aku membuka pintu depan, udara malam yang beku segera menerpa wajahku, butiran-butiran es yang dingin seakan-akan menusuk wajahku. Aku segera merapatkan mantel tidurku dan menyeberangi halaman rumahku. Aku berjalan tergesa-gesa hendak melemparkan kantong sampahku ke dalam tong hitam besar.
Sekilas aku melihat sebuah kardus tergeletak di sebelah tong sampah besarku. Aku mendekatinya dan berusaha memfokuskan pandanganku.
"Apakah itu gerangan?" pikirku dalam hati.
Aku mendekatinya dan melihat ke dalamnya. Sebuah selimut biru muda terbalut melingkar di tubuh mungilnya. Aku mendengar sebuah erangan kecil di dalamnya. Aku membungkuk dan membuka selimutnya, aku melihat seekor anak kucing manis berwarna hitam. Matanya tertutup karena mengantuk. Dia bergelung di balik selimutnya berusaha menghangatkan diri.
Aku segera membawanya masuk ke dalam rumah dan melemparkan sampahku. Aku berlari kecil menyeberangi halaman rumahku. Aku menghangatkan segelas susu dan menuangkannya ke dalam mangkuk.
Aku membangunkannya dan menyodorkan mangkuk itu dihadapannya. Ia menjilatnya hingga habis. Lucunya ia bisa mencari sendiri selimut biru mudanya dan kembali bergelung di dalamnya dan tertidur pulas.
Aku tahu malam ini pasti menjadi malam yang panjang dan berat baginya. Aku memutuskan untuk merawatnya, aku membuka-buka buku novelku untuk mencari nama yang teoat untuknya, hingga mataku tertuju pada sebuah nama, yaitu Linzy. Ya, Linzy terdengar manis.
Aku membelikan linzy berbagai mainan favorit kucing dan mengajaknya bermain. Aku membelikannya keranjang dan melapisinya dengan bantalan yang empuk supaya ia bisa tidur dengan nyaman. Dan tak lupa aku meletakkan selimut biru mudanya di atas bantal itu dengan semangkuk susu di sebelahnya.
Linzy selalu bermanja-manja di kakiku saat aku sedang membaca atau pun merajut. Ia begitu bahagia dan bersemangat bersamaku. Kini aku menemukan keluarga baru. Linzy kini menjadi salah satu anggota keluargaku.
Malam itu aku tertidur dengan nyenyaknya hingga aku lupa betapa lelah dan letihnya aku sepanjang hari itu. Aku tertidur di dalam kamarku sementara Linzy berada di dapur di dalam keranjanganya.
Malam itu, sayup-sayup aku mendengar suara Linzy mengeong terus tanpa henti. Aku membiarkannya karena aku begitu amat sangat lelah dan tidak sanggup membuka mataku. Dalam tidurku aku terus mendengar Linzy mengeong tanpa henti dan melompat-lompat menggedor pintu kamarku, hingga aku memperoleh kekuatan untuk membuka mataku dan berusaha bangun dari tempat tidurku.
"Ok, Linzy... Aku sudah bangun..." kataku pelan.
Dari bawah pintu kamarku aku melihat sebuah sinar merah berkilat-kilat. Sementara aku melihat bayangan Linzy mondar-mandir di depan pintu kamarku.
"Apa itu?" pikirku.
Sekelebat aku baru menyadari, aku memanaskan susu Linzy dan meninggalkannya di atas kompor yang menyala, sedangkan aku tertidur.
Aku segera melompat dari ranjangku dan berlari keluar. Aku melihat asap tebal dan kobaran api telah memenuhi rumahku dan telah membakar habis isi dapurku.
Aku segera merengkuh Linzy dalam pelukanku dan masuk ke kamar dan mengambil selimut untuk membungkus Linzy dan tubuhku serta menyahut tas tempat barang berhargaku. Aku menerobos asap tebal dan menuju jendela terdekat. Aku mengangkat jendela dan melompat keluar. Aku melemparkan Linzy terlebih dahulu, kemudian aku melompat keluar.
Saat aku terjatuh di atas rumput, tetanggaku segera menolongku dan membawaku keluar menjauhi rumahku. Pemadam kebakaran tiba dan sekeliling rumahku dipenuhi suara sirine tanda bahaya pemadam kebakaran. Para tetanggaku telah berkerumun dan berusaha menolongku dan Linzy.
"Linzy... Linzy..." panggilku.
Linzy segera berlari ke arahku dan aku segera memeluknya. Petugas pemadam memberikanku pertolongan pertama dan oksigen untukku bernafas. Setelah aku tenang dan melihat Linzy berada di pelukanku, aku menyadari bahwa Linzy telah menolongku dari malapetaka yang bisa merenggut nyawaku.
"Oh, Silvia... Aku bahkan tidak tahu kalau kau ada di rumah." kata nyonya Patricia
"Aku menelepon pemadam kebakaran agar mengeluarkan Linzy dari rumah." lanjutnya.
"Oh, terima kasih nyonya. Terima kasih atas pertolongan anda, aku tidak tahu lagi bagaimana jadinya tanpa anda." kataku sambil menggenggam tangannya erat-erat.
Apa jadinya bila malam itu Linzy tidak mengeong dan meninggalkanku dalam kamar? dia seekor kucing dan bisa meloloskan diri sendiri, terlebih lagi setelah petugas pemadam kebakaran mengatakan bahwa jendela dapurku dalam keadaan terbuka.
Linzy bisa saja melompat dan keluar dari sana, namun ia tidak melakukannya. Ia memilih untuk mencariku dan membangunkan aku.
Aku memeluk Linzy erat-erat dalam pelukanku dan menciumnya.
"Linzy.. Terima kasih, kau menyelamatkan nyawaku."
Kami melakukan beberapa renovasi setelah kebakaran itu. Aku membelikan keranjang baru yang lebih besar untuk Linzy dan bantal bergambar beruangnya. Selimut biru muda Linzy telah habis terbakar dan aku membelikannya selimut merah muda sebagai penggantinya.
Dan aku menyadari mungkin dengan terbakarnya selimut biru muda Linzy, Linzy telah mengubur seluruh masa lalunya yang pahit sampai aku menemukannya di luar halaman rumahku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar