Rabu, 21 Desember 2011

Ibuku Bukan Orang yang Sempurna

Apakah anda memiliki ibu yang sempurna dan terbaik dalam hidup ini?
Bila iya, anda adalah orang yang paling beruntung dan sangat berbahagia di dunia ini.

Aku tidak memiliki ibu yang sempurna.
Terkadang aku mengamat-ngamati beberapa anak bersama ibu mereka sedang bergandengan tangan dan saling berpelukan pada saat menjemput mereka pulang sekolah dan masuk ke dalam mobil.
Usiaku 8 tahun saat itu, namun aku memahami dan mengerti apa itu kasih sayang dan cinta.

"Marion! Marion!", aku mendengar ibu memanggilku dari kejauhan.
"Mama! Mama!", jawabku sambil berlari ke arahnya dan memeluk tubuhnya erat-erat.

Mama membalas pelukanku dengan membungkuk.
Mama kehilangan kedua tangannya pada saat menolong aku yang sedang berlari ke jalan raya.
Aku berusia 4 tahun saat itu dan aku sedang mengejar bola pantaiku yang menggelinding ke jalan raya.
Sebuah truk besar melintasi jalan itu dengan kecepatan tinggi dan tidak berhenti.
Mama segera berlari dan merengkuhku.
Aku tidak ingat apa yang selanjutnya terjadi, aku hanya berteriak dan menangis.
Setelah itu aku melihat mama tanpa lengan lagi.

Mama tidak bisa lagi memelukku seperti yang dilakukan oleh mama teman-temanku atau anak-anak lainnya, bahkan menggandeng tanganku.
Kami bukan keluarga berada, tetapi mama telah memberikanku lebih dari sekedar pelukan.
Ia memelukku dengan hati yang kini menjadi kedua lengannya yang tidak terbatas untuk memelukku.
Kami pulang dengan berjalan kaki ke rumah setiap hari.

Semua aktivitas mama selalu dilakukannya di lantai termasuk memasak dan mempersiapkan bahan-bahannya.
Mama pun menjahit dengan kakinya dan mama mengerjakannya sendirian semua pekerjaan rumah.

Pernah aku bertanya pada mama, "Ma, apakah tidak susah bekerja dengan menggunakan kaki?"
"Awalnya mama kesulitan, Marion. Tetapi setelah terbiasa mama bisa mengerjakannya dengan cepat." jawab mama sambil menjahit.
"Terkadang membuat mama frustrasi saat awal-awal dahulu. Tetapi setelah melihat wajah mungilmu yang sedang tidur, mama beroleh kekuatan kembali." lanjut mama.
Aku mungkin belum sepenuhnya memahami tetapi kini aku mengerti maksud kata-kata mama.
Mama melakukannya demi aku dan berjuang demi aku.
Saat aku mengingat kata-katanya aku selalu mulai menangis.

Suatu malam saat aku tidur dipelukan mama aku bertanya, "Mama? Apakah kita akan menjadi orang kaya suatu hari nanti?"
"Pasti anakku. Kita pasti akan menjadi orang kaya." jawabnya tersenyum kemudian mendekatkan dadanya kepadaku sebagai tanda ingin memelukku.
Aku tertidur pulas malam itu dan tersenyum bahagia karena tahu bahwa suatu hari nanti kehidupan kami akan membaik dan kami tidak akan lagi kehujanan saat pulang ke rumah.
Kami tidak akan lagi kedinginan saat tidur dan kami akan makan makanan hangat yang lezat dan bukan bubur lagi yang hambar.

Kini pengorbanan mama bagiku terbayar lunas sudah.
Tuhan tidak pernah meninggalkan kami sendirian, terutama sejak kematian papa.
Tuhan telah menjadi papa juga suami bagi mama.
Aku bekerja sebagai direktur wanita di sebuah perusahaan ban international bagian hubungan international.

Pertemuan kami begitu sederhana.
Saat itu aku sedang mengantarkan pesanan jahitan seragam salah seorang sopir yang bekerja di rumah pemilik perusahaan tersebut.
Ia sangat berterimakasih dengan jahitan mama yang rapi.
Saya memberikan seragam itu dengan senyuman dan bertanya bila mana ia membutuhkan bantuan saya akan datang kapan pun, sekalipun itu tengah malam.
Saat itu pekerjaanku adalah membantu mengantar jahitan ibu dan mencarikan pelanggan-pelanggan baru bagi mama dari toko ke toko.

"Sungguh kau mau mengantarkannya walaupun semua orang memilih untuk tidur dan menunggunya hingga besok?" kata salah seorang pria gagah dan berwibawa dengan setelan jas hitam mengkilap dan rapi.
Sopir itu segera menunduk dan membawakan briefcase kecilnya.

"Ya, tuan! Saya akan mengantarnya kapan pun anda mau sekalipun tengah malam atau dalam badai. Mungkin saja anda sangat membutuhkannya saat itu." jawab saya yakin.

"Bagus! Bagus!" jawabnya sambil mengangguk-angguk.

Beberapa hari kemudian ia menawari saya bekerja di perusahaannya sebagai staff customer relation hingga pencapaian saat ini.

Mama kini tidak perlu bekerja lagi seperti dulu.
Mama selalu mengajariku bahwa kekayaan sejati adalah kebaikan dan ketulusan hati yang tidak akan bisa dimiliki atau dirampas oleh siapapun.

Saya tidak perlu takut seseorang merampas milik saya karena saya memiliki sesuatu yang lebih berharga daripada harta, yaitu Hati yang tulus.



Cintailah ibumu meski ia memiliki begitu banyak kekurangan...
SELAMAT HARI IBU...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar