Selasa, 20 Desember 2011

Ambillah Kesempatan untuk Berbuat Baik

Saya terbiasa hidup mengikuti perasaan, sehingga saya hanya berbuat baik pada seseorang apabila hati saya tergerak untuk berbuat baik padanya.

Entah mengapa suatu hari saya berjumpa dengan seseorang yang memiliki perangai dan kelakuan yang tidak baik.
Tidak hanya itu, ia selalu membuat masalah dengan siapapun di sekitarnya.
Banyak orang menolaknya dan enggan untuk menerima keberadaannya.

Jujur dari lubuk hati saya, saya pun enggan untuk berbicara dan menyapanya.
Ia selalu berjalan dan terlihat menakutkan sehingga membuat setiap orang malas untuk menyapanya bahkan memulai suatu pokok pembicaraan.

Entah, mengapa suatu hari saya berbicara ramah dan menyapanya dengan senyum.
Ia pun akhirnya membalas saya dengan senyuman yang terlihat sedikit dipaksakan.
Saya hanya memberikannya sekotak kecil berisi kue.
Ia menerimanya dan kemudian pergi begitu saja, tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Sebenarnya dalam hati kecil saya, saya juga merasa tersinggung dengan sikapnya.
Beberapa hari lamanya saya terus memikirkan sikap tidak ramahnya atas pemberian saya.
Keesokannya, saya melihatnya lagi dan saya mulai berbicara dengannya.
Semakin saya mengenalnya, semakin saya mengetahui sendiri sikapnya.
Bukan dari kata orang tetapi karena saya melihatnya sendiri.
Ia begitu cepat marah dan labil. Tanpa angin, tanpa sebab tiba-tiba sikapnya berubah 180 derajat seperti orang maaf  "kesurupan".
Gambar dirinya sangat rusak dan ia terlihat tidak mempunyai pegangan dalam hidupnya.
Ia seperti berjalan kemana air mengalir atau angin membawanya tanpa ia tahu kemana arah hidupnya.

Awalnya saya menolak untuk berbuat baik lagi kepadanya.
Apa alasan saya untuk berbuat baik kepadanya.
Ia tidak menghargai niat tulus saya, bahkan mungkin membuang pemberian saya.
Berbagai macam pikiran jahat muncul dalam hati saya.
Saya menjadi malas untuk berbuat baik lagi padanya.

Saya bahkan tidak merasa iba padanya, itu adalah keputusannya untuk menjadi seperti itu dan saya tidak mau peduli lagi padanya.
Tetapi ada sesuatu di luar perasaan saya seolah-olah memaksa saya untuk berbuat baik kepadanya.
Saya mengusir sekelebat pikiran itu dan membuangnya jauh-jauh.
Tetapi sekelebat pikiran itu muncul berulang-ulang dan memaksa saya terus memperlakukannya dengan baik.

Akhirnya saya menyerah dan memutuskan, "Ok, saya akan menyapanya!"
Saya tunjukkan rasa kepedulian saya terhadap dirinya setiap hari tanpa berharap banyak.
Lama kelamaan saya menyapanya dan menunjukkan sikap ramah saya, dia mulai menjadi lunak.
Ia mulai tersenyum dan caranya menerima pemberian saya pun mulai berubah.
Ia tidak terlihat kasar lagi dan mulai tersenyum dan ramah.

Akhirnya saya belajar sesuatu, bahwa saya memberi bukan untuk mendapat imbalan (entah imbalan pertemanan, sikap ramahnya, hormat darinya-Tidak! Saya tidak gila hormat atau mencoba menjadi tenar atau terlihat baik atau suci).
Saya memberi karena itu adalah hal yang baik untuk dilakukan!

Saya juga diingatkan oleh seorang pemimpin besar bernama Yesus yang berkata, "Ingin menjadi besar? Jadilah pelayan bagi orang lain!"

Yakobus 4:17 pernah berkata, "Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa." tentunya berdosa kepada Tuhan.

Dan juga dalam 1 Timotius 5:10, "...pendeknya mereka yang telah menggunakan segala kesempatan untuk berbuat baik."

Oleh karena itu saudara-saudaraku mari kita gunakan segala kesempatan untuk berbuat baik.
Amiiiiinnnnnnnn.....

Tuhan Memberkati....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar