Aku merasa hidupku sudah hancur berantakan dan tidak lagi tersisa selain serpihan kenangan lama kami bersama.
Aku merengkuhnya ke dalam pelukanku untuk terakhir kalinya.
Ia hanya mengatakan bahwa aku harus menemukan hidupku kembali sekali lagi dan berbahagia bersama seseorang yang akan menjagaku selamanya.
Jack tidak lagi sanggup menjagaku karena penyakit keras yang diidapnya selama 2 tahun ini.
Aku menangis dan tidak mau orang lain yang menjagaku dan berada di sisiku selain Jack.
Aku menyuapinya setiap hari di atas ranjangnya.
Aku membasuh tubuhnya dengan handuk hangat setiap pagi dan sore hari.
Aku tidak pernah keberatan meski aku harus mengasuhnya terus hingga aku menjadi nenek tua.
Jack adalah segalanya bagiku.
Ia memberiku kehidupan yang baru dan sangat indah.
Hari-hariku penuh dengan warna saat aku berada bersamanya.
Enam bulan setelah kematiannya aku tidak pernah keluar dari rumah dan hanya termenung membayangkan dirinya dan kenangan lama kami bersama.
Membayangkan saat ia membelai rambutku dan mencium keningku.
Ia selalu mengecup bibirku setiap pagi dan membuka jendela kamar kami sehingga sinar matahari yang hangat menyelimutiku.
Aku menangis setiap malam hingga air mataku menjadi kering.
Aku memakai kemejanya dan memeluk selimutnya saat tertidur.
Aku benar-benar merindukan saat-saat kami bersama.
Pagi hari itu, matahari bersinar begitu lembut dan menghangatkan hatiku yang sudah dingin dan beku.
Aku menyalakan air panas dan membiarkannya mengalir melalui pancuran deras shower.
Airnya begitu hangat membasahi rambutku dan kepalaku.
Aku bercermin dan melihat diriku yang sudah terlihat kusut dan tanpa kehidupan.
Aku menatap mataku lekat-lekat dalam cermin itu dan merasa sudah tidak mengenali sosok di cermin itu.
Aku menyadari Jack tidak ingin aku hidup seperti ini.
Dia berkata bahwa aku harus menemukan kembali hidupku.
Aku mulai berdandan dan merapikan rambutku.
Aku memakai bedak dan merapikan alisku dan memoleskan lipstik merah muda di bibirku.
Aku mengenakan terusan merah muda dan putih dengan bunga-bunga sakura pada motif sebelah kirinya.
Aku keluar rumah dan menghirup udara sejuk di luar.
Aku berjalan keluar menuju taman kota.
Aku berjalan melintasi sebuah toko barang antik dan berhenti sesaat di depannya.
Aku melihat sebuah papan nama bertuliskan "Dawsons" di depan toko itu.
Aku melihat barang-barang indah penuh kenangan yang telah dijual oleh pemiliknya.
Seorang pria tua kemudian membuka pintu toko itu dan menyapaku.
Ia menyuruhku masuk dan melihat-lihat tokonya.
Ia begitu ramah dan membuatku merasa nyaman berada di tokonya.
"Apakah anda sedang mencari sesuatu, nona?" katanya hangat.
"Oh, tidak tuan. Aku hanya ingin melihat-lihat. Suamiku baru saja meninggal 6 bulan yang lalu." jawabku pelan.
"Tidak apa-apa, nona. Anda bisa melihat-lihat tempat ini selama yang anda mau." lanjutnya mempersilahkanku.
"Panggil aku bila anda membutuhkan sesuatu, nona. Panggil saja aku Mr. Kirk." katanya sambil membalikkan badan dan meninggalkanku.
Aku berjalan melintasi lorong-lorong yang penuh dengan barang-barang antik yang indah.
Mulai dari barang-barang bergaya eropa hingga barang-barang kuno berasal dari china.
Tak lama kemudian Mr. Kirk datang padaku dengan membawa seekor anak anjing mungil yang lucu dalam pelukannya.
"Nona..." katanya padaku.
"Anak anjing ini milik anjing cucuku. Aku tidak sanggup mengurusnya karena anjing cucuku baru saja melahirkan 6 ekor anak lainnya."
Aku menatap anak anjing yang bermata bulat besar itu. Ia pun menatapku dengan girang.
Dia begitu manis dan lucu.
"Bila anda tidak keberatan, bisakah anda merawatnya untukku?" tanyanya sambil memandangi anak anjing yang lucu itu.
"Tentu tuan! Aku akan merawatnya. Dia begitu manis dan lucu." aku langsung mengambilnya dan merengkuhnya dalam pelukanku.
"Dia bisa menghibur hati anda yang sunyi, nona." katanya tersenyum.
Aku memberinya nama Jack. Agar bisa mengingatkanku pada Jack-ku yang selalu membuatku bahagia.
Aku mambawanya pulang dan memberinya semangkuk susu.
Ia begitu rakus dan lucu. Aku membawanya tidur di malam hari bersamaku.
Aku mengajaknya ke taman dan bermain bersamanya hingga Jack berumur 1 tahun.
Setiap hari aku selalu berjalan melintasi toko barang antik Dawsons agar Mr. Kirk bisa melihat Jack dalam keadaan sehat dan bahagia.
Hingga suatu hari aku berjumpa dengan Martin saat aku bermain dengan Jack di taman.
Ia menemukan bola milik Jack tepat di bawah kakinya saat Jack sedang berusaha menangkap bola tenisnya.
Kami berkenalan dan bertukar nomor ponsel.
Kami selalu bertemu di taman saat aku bersama Jack.
Martin begitu akrab dengan Jack dan selalu memberinya roti atau hot dog.
Lambat laun lubang kosong di dalam hatiku mulai terisi dengan kehadiran Martin dan Jack.
Aku bercerita mengenai Jack suamiku dan bagaimana aku bertemu pria tua yang memberiku Jack yang masi bayi.
"Woof!" sahut Jack yang menggonggong di bawah kakiku.
Kami menikah 2 tahun kemudian.
Aku memandangi foto pernikahan kami berdua.
Aku mengenakan gaun pengantinku yang putih bersih.
Kami membuat pesta kebun yang indah.
Aku dan Martin berfoto dengan background chapel yang dihiasi bunga-bunga mawar berwarna peach dan kuning segar sedang Jack duduk di depanku di antara aku dan Martin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar