Sabtu, 30 Juli 2011

Aku Mau Bersyukur Selalu

Aku berjalan melintasi keramaian kota hendak menuju stasiun kereta dan pulang ke kampung halamanku. Jason Junior adalah panggilanku dan aku menyukai panggilan itu.

Siang itu matahari bersinar dengan teriknya dan menyengat kulitku. Aku berusaha memicingkan mataku hendak memfokuskan konsentrasi pada lampu lalu lintas di jalan yang berada tepat di seberangku.

Asap kendaraan bermotor memenuhi jalanan dan debu-debu beterbangan ke arahku dan aku berkeringat. Yeah, begitulah! Seluruh kotoran akhirnya menempel pada wajah dan jaket kesayanganku.

Aku menunggu dan berharap lampu segera berwarna hijau untuk penyeberang jalan. Akhirnya saat yang kunantikan tiba, lampu itu berubah menjadi hijau dan alangkah indahnya saat-saat seperti itu, gumamku dalam hati sambil tertawa kecil.

Aku segera menurunkan salah satu kakiku ke badan jalan hingga sebuah mobil mercedes benz terbaru tiba-tiba melaju kencang melewatiku dan hampir menabrakku.

Aku sangat kaget dan segera menarik kakiku kembali ke atas. Semua penyeberang jalan memrotes dan sebagian mengutuk.

Aku berpikir dalam hatiku, "Kapan aku bisa memiliki mobil sebagus dan semewah itu?"

Aku melangkahkan kaki masuk ke stasiun dan membeli tiket keretaku. Aku berjalan di sepanjang peron dan mencari keretaku. Aku naik kelas ekonomi karena hanya itu yang mampu aku beli.

Aku memilih tempat dudukku dan memastikan itu tempat yang empuk untuk tidurku nanti.

Aku menunggu sambil melihat-lihat hiruk pikuk orang-orang yang mondar-mandir sepanjang peron stasiun. Aku memperhatikan orang-orang yang berjalan, orang-orang yang melambaikan tangannya pada sahabat atau keluarga mereka dan orang yang sedang mengejar keretanya yang segera berangkat.

Tiba-tiba melaju sebuah kereta executive berwarna putih bersih dan berkecepatan tinggi.

"Wooowww!!!!" Kataku terkesima. Aku tidak pernah menaiki kereta indah seperti itu. Lajunya kencang sekali dan tanpa suara. Aku mulai membayangkan betapa nyamannya berada di dalam sana, ruangannya ber-AC, kursi-kursi yang empuk, pelayanan mewah, para pramusaji dengan kereta dorongnya membawa makanan yang lezat. Pasti waktu tidak akan terasa panjang, sementara aku berada di tempat panas, bau dan berdesakkan seperti ini. Alangkah perjalanan yang membosankan, kataku dalam hati sambil bertopang dagu.

Akhirnya saat-saat yang kunantikan tiba, kondektur mengangkat tangannya memberikan isyarat bahwa keretaku akan segera berangkat.

Sesaat sebelum keberangkatanku, tiba-tiba muncul seorang gadis kecil yang membuatku kaget. Seorang gadis kecil yang amat menakutkan.

Dia adalah seorang gadis pengamen, dia membawa bunyi-bunyiannya berjalan melintasi bangkuku. Aku melihat ada sesuatu yang aneh dengannya, bajunya lusuh dan compang-camping.

Rambutnya! Rambutnya! Rambutnya habis karena kulit kepalanya terbakar, hanya beberapa helai rambut saja yang menjutai panjang yang masi menempel di kepalanya.

Wajahnya sudah rusak dan ada lagi yang membuatku sangat terkejut.

Kedua lengannya meleleh sehingga menyatu dengan badannya, entah apakah dia pernah mengalami musibah dan hampir seluruh tubuhnya terbakar atau apa aku tidak tahu. Yang kutahu gadis itu terlihat mengerikan, tetapi aku kasihan padanya.

Saat kereta mulai berjalan dia mulai mengambil posisi di depanku dan mulai menyanyikan lagunya,

Dia menyanyikan suatu lagu yang sangat membuat hatiku tertegur. Dia menyanyikan sebuah lagu yang mungkin aku sendiri sudah lupa menyanyikannya.

"Bersyukur selalu... Bagi kasihMu di dalam hidupku..."
"Takkan kuragu atas rencanaMu tuk masa depanku..."

Air mata mulai mengalir di pipiku...
Aku tidak pernah tahu betapa tidak bersyukurnya aku atas apa yang kumiliki...
Aku bisa pulang ke rumahku sendiri meski dengan kereta yang murah dan melihat papa, mamaku dalam keadaan sehat dan berkecukupan.
Sedangkan dia? Memiliki orang tua atau tidak aku tidak tahu.

Dia terus menyanyikan lagu itu hingga selesai dan tidak terputus sama sekali.

Hari itu Tuhan mengajariku 1 hal yang amat sangat berharga dan akan aku simpan selamanya dalam hatiku.

"Oh, Yesusku.... Kau sangat kucinta...."

Demikianlah dia menyelesaikan lagunya dan segera mengumpulkan koin-koin dari para penumpang.
Aku memberinya sebagian uang sisa perjalananku. Aku tahu tidak banyak dan mungkin uang itu tidak ada artinya dibandingkan pertolongan yang telah dia berikan karena telah menyelamatkan hatiku.

Kereta akhirnya berhenti dan aku tiba di kampung halamanku. Gadis itu melompat dari atas gerbong dan menghilang di antara kerumunan orang banyak.

Aku segera mengambil barangku dan mengejarnya, aku berlari dan berusaha menemukannya hanya untuk mengucapkan terima kasih karena telah menolongku.

Namun, aku tidak menemukannya lagi...
Dia menghilang seperti ditelan bumi.
Aku berjalan tertunduk sambil merenungkan lagu yang dinyanyikannya.
Dia adalah malaikat yang Tuhan kirimkan untuk menyelamatkan aku.
Malaikat itu tidak datang dalam pakaian mewah dan mobil berkelasnya.
Dia datang melalui seorang gadis kecil yang berpakaian compang-camping dan cacat.
Tuhan begitu mencintaiku sehingga Dia harus mengirimkan malaikatnya untuk menegurku.

Aku memanggil angkutan umum dan pulang menuju rumahku. Aku bahagia melihat keluargaku dan teman-teman yang lama kutinggalkan. Aku sangat menikmati liburanku.

Dua minggu kemudian saat aku sedang bekerja di kantorku. Atasanku tiba-tiba memanggilku.

"Jason! Aku punya 2 buah tiket pulang pergi ke singapore selama 3 hari. Kau boleh mengajak temanmu untuk pergi bersamamu." katanya santai.

Aku terbelalak kaget mendengar perkataannya, "Aku? Aku yang miskin dan tidak pernah naik pesawat ini tiba-tiba mendapatkan kejutan dan hadiah?"

"Oh, kau tidak usah kuatir. Aku juga memberimu uang saku. Kau, bersenang-senanglah di sana" sambungnya lagi.

Aku masih terbelalak dan diam dengan mulut terbuka seperti orang bodoh yang tidak mempercayai apa yang kudengar.

"Apakah Tuhan mendengar keinginan hatiku saat aku mengeluh soal memiliki mobil mewah dan duduk di kereta mewah suatu hari?"

"Dan kini Dia memberiku dua buah tiket pulang pergi luar negri lengkap dengan uang saku?"

"Apakah Dia bersungguh-sungguh?"

Bosku menyodorkan aplikasi paspor dan visa untuk aku isi dan tandatangani.

"Maaf, pak. Saya tidak bisa menerima pemberian yang mahal ini. Saya tidak layak mendapatkannya." jawabku hati-hati.

"Kenapa? Semua orang menginginkannya. Kenapa kamu tidak mengambilnya? Ini kesempatanmu." katanya kebingungan.

"Iya, pak. Saya tahu tidak semua orang berkesempatan seperti saya. Tetapi, saya sudah puas dengan apa yang saya miliki dan saya rasa ada orang yang jauh lebih membutuhkan tiket ini dari pada saya."

Bosku memandang dengan tatapan aneh sementara aku tertunduk dan tidak berani memperhatikan matanya.

Aku merasa bersalah telah mengeluh dengan keadaanku hingga akhirnya Tuhan memberikan aku hadiah sebagai bukti Dia tidak pernah meninggalkanku dan memenuhi segala kebutuhanku.


God Bless You....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar