Minggu, 24 Juli 2011

Tanpa Penyesalan

Ada begitu banyak orang mengakhiri kisah hidup mereka dengan penuh penyesalan yang tidak berujung.
Semoga cerita berikut menginspirasi kita.

Namaku Sally, aku adalah seorang ibu rumah tangga yang memiliki seorang anak laki-laki bernama Donny yang berusia 4tahun. Setiap hari aku melakukan pekerjaan rumah tangga sementara suamiku Hardi bekerja dikantor.

Saat suamiku pulang dari kantor dalam keadaan lelah dan letih dan meminta segelas air, aku selalu membentaknya dengan alasan aku sudah lelah mengerjakan pekerjaan rumah tangga seharian dan mengurus anak, kini harus mengurus suami juga.

Tetapi Hardi memilih diam dan mengambil segelas air sendirian dan mengambil makan malamnya sendiri. Bahkan Hardi membantuku mengurus Donny tanpa protes.

Karakterku yang tempramental seringkali menyakiti hati suamiku dan membuatnya sedih namun Hardi tidak memprotes karena Hardi sangat mencintaiku dan tidak ingin aku semakin terbeban. Pekerjaan Hardi di perusahaan kontraktor pun sudah penuh dengan kesibukkan dan tekanan, tetapi Hardi tidak pernah menceritakannya padaku.

Hingga suatu kali saat suamiku tidak sengaja lupa meletakkan kunci rumah. Aku menjadi begitu sangat marah dan menelepon kantor Hardi. Aku berteriak, membentak dan memakinya dengan sangat kasar.
Hingga akhirnya pukul 2 siang, aku menerima kabar dari teman suamiku bernama Herman. Kalau suamiku masuk rumah sakit karena terkena serangan jantung.

Aku tidak pernah tahu kalau suamiku memiliki penyakit jantung. Hardi tidak pernah bercerita apa-apa tentang penyakit jantungnya. Aku langsung berlari menuju rumah sakit, aku menangis sepanjang jalan dan berharap tidak terjadi hal-hal yang bukan-bukan.

Saat aku tiba di rumah sakit Herman memberitahuku kalau Hardi sudah meninggal, aku menjatuhkan diriku di atas ranjang tempat suamiku terbaring, aku berteriak sekencang-kencangnya dan meminta maaf. Tetapi nasi sudah menjadi bubur, suamiku terbujur kaku di atas ranjang itu tanpa pernah lagi bisa melihat wajahku dan anakku lagi.

Sebuah kenangan buruk yang kutinggalkan padanya, sebuah luka yang amat sangat dalam telah aku goreskan dalam hatinya yang lembut.

Herman berkata bahwa aku memiliki suami yang luarbiasa. Hardi selalu menolak ajakan Herman untuk makan siang dengan alasan Hardi sudah membawa bekal masakan istrinya. Setelah pulang kerja saat Herman mengajak makan malam bersama, Hardi selalu menolak dan berkata ingin menemani istri dan anaknya malam ini dan makan di rumah. Hardi sungguh-sungguh pria yang langka.

Hingga akhirnya siang setelah Hardi menerima telepon dariku mendadak Hardi terkena serangan jantung. Herman berniat membawa Hardi ke rumah sakit tetapi Hardi menolak katanya, "Ke klinik murah saja. Saya tidak apa-apa." Hardi mengatakan bahwa dia harus berhemat untuk kebutuhan istri dan anaknya, apalagi Donny akan masuk TK.

Mendengar cerita itu hatiku sangat hancur dan berteriak histeris. Kini aku hanya bisa menatap tubuh suamiku dimakamkan di pekuburan.
Penyesalan tidak akan membawaku kembali ke pelukan Hardi dan aku tidak bisa memperbaiki masa laluku.
Penyesalan ini aku bawa sampai mati. Aku telah berdosa pada suamiku dan aku belum sempat meminta maaf.


Semoga cerita ini memberi kita banyak pelajaran dan kita tidak pernah menyesalinya di kemudian hari.
Teman-teman, apa yang mempengaruhi kita tergantung dari apa yang mengendalikan hidup kita. Jika kita dikendalikan oleh amarah dan kebencian maka kita akan melakukan sesuatu yang akan kita sesali di kemudian hari. Tetapi bila kita dikendalikan oleh hati yang lemahlembut dan penuh kasih maka kita akan menuai kebahagiaan.

Tuhan Memberkati.

(Angela Roseli) - disadur dari kisah seorang teman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar