Senin, 14 Mei 2012

Menjadi Seimbang dalam Rumah Tangga

Sangat berbahaya apabila dua orang memutuskan menikah dan ternyata mereka bukan sepasang kekasih yang sudah matang dan dewasa. Mereka bisa menjadi pasangan yang tidak seimbang, sehingga bukannya mereka saling menyemangati dan menguatkan malah akan saling berlomba-lomba untuk melukai.

Terutama bila berbicara masalah kedewasaan rohani. Sepasang suami istri yang tidak dewasa rohani menjadi mudah tidak sabar satu dengan yang lainnya, tidak bisa mengampuni, mudah kecewa karena pengharapan yang terlalu tinggi pada pasangan.

Atau mungkin pasangan yang timpang di mana suami yang dewasa rohani atau istri, salah satu di antara mereka yang dewasa secara rohani. Maka yang terjadi adalah, yang tidak dewasa rohani lambat laun membunuh yang dewasa rohani. Kebanyakan kasus yang saya temui adalah akhirnya suami mengalah demi mendapatkan cinta sang istri yang tiada berhenti merengek, terlebih lagi apabila sang istri menghukum suami dengan tidak berhubungan intim.

Tentu hal-hal yang demikian akan membuat luka demi luka menahun yang akan semakin memborok dan bernanah pada sang suami sehingga akhirnya suami jatuh dalam dosa perselingkuhan. Memang tidak bisa dipungkiri kelemahan wanita adalah pada bibirnya. Terlebih lagi apabila perkataan sang istri mulai menyerang harga diri suami dan membunuh karakternya.

Saya setuju pada kata-kata dalam alkitab yang mengatakan bahkan orang bodoh akan dianggap bijak apabila ia berdiam diri dan disangka berpengertian bila ia mengatupkan mulutnya. Dan kata-kata yang mengatakan, orang yang berpengetahuan menahan perkataannya, orang yang berpengertian berkepala dingin.

Saat pasangan anda menjadi marah adalah lebih baik bagi kita untuk mengambil sikap diam atau mungkin kita sendiri yang dikuasai kemarahan. Saat anda sedang dikuasai kemarahan jangan mengambil tindakan apa pun dalam kemarahan anda atau anda akan menyesal seumur hidup setelah melakukannya. Anda harus melawan diri anda sendiri untuk marah. Yah, jalan satu-satunya adalah melawannya dan menundukkannya.

Tetapi saya juga menemukan 3 kasus menarik yang bisa kita pelajari bersama. Ada sepasang suami istri yang luar biasa, bagaimana sang suami yang berhasil mengangkat sang istri keluar dari masalah depresinya yang berat dan frustrasinya yang hebat. Tanpa mengandalkan obat-obatan dari psikiater selain mengajak istrinya berdoa bersamanya dan mengasihinya dengan menunjukkan kesabaran yang luar biasa.
Saya percaya selama masih ada Tuhan, pekerjaanNya tidak akan pernah berhenti mengalir.

Satu kejadian lagi yang bisa anda pelajari melalui hidup Joyce Meyer, seorang pengkhotbah yang dahulu pernah mengalami trauma dan masa lalu yang sangat pahit.
Diperkosa ayahnya hingga ratusan kali sejak dari kecil tanpa sepengetahuan ibunya dan dibungkam dengan banyak ancaman dan dikuasai ketakutan hingga puluhan tahun agar tidak mengatakan apapun pada ibunya dan polisi, namun bisa mengalami kesembuhan yang luar biasa dari traumanya akibat peranan suaminya yang luar biasa.

Suaminya tidak membiarkan dirinya dipengaruhi Joyce, ia tidak membiarkan Joyce mengasihani dirinya dan masa lalunya yang pahit dan mengajarkannya banyak nilai-nilai kehidupan dan berdoa bersamanya.

Dan satu lagi kisah adalah cerita saya sendiri. Suami saya tidak pernah berhenti menunjukkan pada saya bahwa betapa dia sangat menerima saya apa adanya beserta segala kelemahan saya. Dan hal itulah yang akhirnya membuat saya tersadar bahwa dalam membangun hubungan terlebih lagi rumah tangga bukan bicara soal menjadi "Taker, but Giver."

Hidup saya banyak mengalami perubahan bukan karena tutur katanya atau nasihat-nasihatnya, tetapi melalui tindakannya. Semakin saya mengenalnya, semakin saya ingin mengikuti jejaknya, tindakannya, caranya berbicara dan mengutarakan pendapatnya tanpa ada yang terluka. Ia adalah figur orang yang telah sembuh dari luka-luka masa lalunya dan itulah yang membuat saya mau mengikutinya.

Seseorang tidak perlu menjadi cepat dengan perkataannya, kesimpulannya dan nasihatnya. Tetapi cepat mendengarkan dan cepat memberikan contoh dan teladan.

Saya percaya setiap orang layak mendapatkan kesempatan kedua dan memberinya waktu untuk bertumbuh.
Dan anda bisa memulainya saat ini juga bersama cinta sejati anda.


Selamat menemukan cinta yang sejati dalam hidup anda.
Tuhan Memberkati....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar