Berhati-hatilah pada "Kekecewaan!". Kekecewaan dapat menjadikan hati anda menjadi keras.
Terutama kecewa pada suami atau istri. Kekecewaan mengakibatkan hubungan menjadi retak dan akhirnya masuklah pihak ke-3.
Kekerasan hati kita dapat membawa kita pada perceraian dan sebelum hal itu terjadi cepat-cepatlah bereskan. Orang yang kecewa pasti berpikiran pendek, hati menjadi dingin, tidak lagi punya perasaan dan tidak lagi takut akan Tuhan.
Istri atau suami yang telah dikhianati akan lebih sulit dihampiri, semakin diajak bicara semakin marah-marah. Karena itu orang yang kecewa akan mengundang banyak dosa dalam hidupnya, tanpa disadari perkataannya akan menjadi pedas dan kasar, tajam seperti pisau. Setiap perkataannya akan melukai banyak orang.
Kekecewaan terjadi karena kita mengijinkannya masuk ke dalam hati kita. Anda harus menguasai kemarahan dan kekecewaan anda dan jangan mengijinkannya masuk ke dalam hati anda.
Orang bisa tinggal 1 rumah, 1 atap tetapi tidak bicara satu sama lain. Seseorang bisa menikah tetapi dalam hatinya single. Kita bisa tetap beribadah tetapi dosa sudah berkuasa dan menang atas hidup kita.
Kita tidak akan mungkin bisa membawa damai di luar sana bila kita tidak sanggup membawa damai di dalam rumah kita terlebih dahulu.
Kita tidak perlu menceritakan kekecewaan kita pada semua orang dan kemana-mana, terutama bila itu adalah suami kita yang adalah figur pemimpin dalam rumah kita atau imam.
Saya pernah mendengar seorang pria berkata: "Wanita itu rambutnya saja yang panjang, tetapi pikirannya pendek." Kekecewaan akan merebut segala-galanya dalam kehidupan anda, pekerjaan anda, masa depan keluarga anda, kebahagiaan anak-anak dan kebahagiaan anda sendiri.
Kekecewaan seperti obat pahit, jangan anda kulum, telan saja langsung, jangan berpikir panjang lagi dan segera tinggalkan. Anda tidak mungkin kumur-kumur dengan obat pahit, bukan?
Orang yang selalu memikirkan dirinya sendiri adalah orang yang mudah kecewa. Diam-diam menangis sendiri tanpa sebab, mengasihani diri sendiri (kenapa saya begini? kok hidup saya kasihan sekali?)
Tidak disalami kecewa, tidak disapa kecewa, orang tidak lihat kecewa, tidak diperhatikan kecewa, betapa penuh lukanya hati yang seperti itu. Hati yang sudah dibereskan pasti akan cuek terhadap hal-hal kecil yang tidak penting.
Suami istri harus seperti besi yang saling menajamkan, makin tajam, makin tepat sasaran, makin terfokus.
Kekecewaan terjadi karena harapan-harapan kita terlalu tinggi dan mustahil. Kita harus tahu bahwa kita tidak hidup dalam dongeng, bahkan orang terkaya sekalipun memiliki masalahnya sendiri.
Kita menjadi tidak bisa bersyukur oleh karena harapan kita terlalu aneh dan muluk-muluk. Bersyukurlah untuk hal-hal yang sederhana dan kecil yang terjadi disekeliling anda.
Saya pernah memiliki seorang teman yang mengingini pasangan yang kaya raya. Tetapi bagaimana mungkin ia memiliki pasangan yang kaya bila ia memiliki mental yang miskin?
Bagaimana mungkin kita mengingini suami yang cinta Tuhan, bila anda sendiri tidak cinta Tuhan. Ingin suami tampan sedangkan wajah kita pas-pasan.
Hingga salah seorang teman saya mengucapkan statement, "Diri sendiri kayak kroket, ya pasti dapet pastel. Mana mungkin dapat kaviar (makanan mahal asal perancis yang dimakan oleh para bangsawan dan raja)."
Orang yang perfeksionis akan mudah kecewa karena akan selalu bertemu dengan kesalahan orang lain.
Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, ada yang cepat belajar dan ada yang lambat belajar.
Tuhan Memberkati...
:D
BalasHapus