Kamis, 06 Oktober 2011

Kebaikan Hati

Malam berganti malam
Pagi berganti pagi
Matahari , bulan dan bintang datang silih berganti
Memberikan cahaya dalam hidupku dan membuatnya berarti

Ibu selalu menceritakan kisah yang sangat indah padaku setiap malam.
Ibu tidak pernah lelah untuk menceriterakan kisah ini terus-menerus.

Ibu berjumpa dengan seorang pria yang amat sangat baik pada masa mudanya. Ibu langsung saja jatuh hati  pada pria itu, pria itu begitu baik, lemah lembut dan humoris.
Sentuhannya yang manis dan kecupan bibirnya selalu membuat dunia ibu menjadi hangat.

 “Dialah matahariku.” Kata ibu tersenyum.

Ya, Dialah ayah.

Ayah yang sangat aku dan ibu cintai.

Ibu sangat mencintainya. 
Ayah selalu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan ibu, terutama saat aku baru lahir Ayah semakin giat bekerja. Ibu bercerita bahwa ayah selalu bermain bersamaku selepas pulang kerja. Dan ayah sangat menyayangi ibu.

Ayah adalah pria yang baik, ayah selalu suka menolong teman-temannya dan tidak pernah berpikiran buruk tentang orang lain. Bahkan untuk menolong sahabatnya ayah juga memberikan sebagian uang pribadinya untuk membantu temannya tanpa meminta kembali pemberiannya. Oleh karena itu ibu sangat mencintainya, karena ayah memiliki kebaikan hati yang luarbiasa.

Ayah tidak pernah mempertahankan sesuatu sebagai miliknya, ia selalu membaginya dengan orang lain terutama kami sekeluarga. Ayah selalu pulang membawa makanan untuk ibu di rumah dan aku. Ayahku begitu baik dan memperhatikan kesehatan ibu.

Ayah tidak pernah mengeluh lelah saat pulang dengan setumpuk pekerjaannya. Ayah selalu memakan apapun yang dihidangkan ibu dan selalu memujinya. Bila ayah bosan dengan masakan ibu, ayah selalu berkata, ”Bu, besok masak yang lain ya?” sambil memeluk ibu dari belakang dan mengecup pipinya, sementara aku bermain dalam box bayiku kata ibu.

Ayah selalu ada bagi ibu dan aku juga selalu ada bagi teman-temannya yang membutuhkan. Ayah memliki hati yang tulus yang tidak dimiliki oleh siapa pun. Hingga akhirnya penyakit jantung merenggut ayah dari pelukan kami berdua saat aku berusia 4 tahun.

Ayah tertidur dengan pulas dan tidak bangun lagi.

Ibu baru sungguh-sungguh menyadari ayah adalah seorang pria yang luar biasa pada saat kematiannya. Seluruh teman-temannya hadir pada pemakaman ayah pagi itu. Halaman pemakaman dipadati oleh wajah-wajah asing yang pernah ayah tolong. Mereka bersedia menunggu hingga jasad ayah diturunkan dalam liang kubur sore itu.

Begitu banyak tamu yang hadir dan mereka semua bercerita tentang kebaikan ayah. Seseorang bercerita bahwa ayah pernah menolongnya dari hutang sehingga ia dan keluarganya dapat bertahan hidup dan membangun usaha baru. Kini usahanya menjadi maju dan sukses. Beliau memberikan ibu sebuah cek, “Nyonya terimalah ini! Saya tahu ini tidak banyak membantu tetapi saya tahu Danny akan sangat membutuhkan uang ini untuk masuk sekolah nanti.”

Dan semua orang memberikan semua yang bisa mereka berikan untuk membantu ibu dan mereka menunjukkan rasa simpati mereka dengan memberikan ibu dukungan dan doa.

Pemakaman berakhir dan ibu membawaku pulang ke rumah.

Betapa terkejutnya ibu saat membuka amplop demi amplop yang diberikan teman-teman ayah. Semuanya bisa ditabung untuk masa depanku kata ibu sambil menangis.

Ayah tidak pernah menjadi kaya seumur hidupnya, tetapi aku tahu bahwa ayah kaya dalam kebajikan hatinya dan ayah sangat kaya.

Kini aku sedang berdiri di depan pintu gereja, menggandeng seorang wanita cantik yang akan kunikahi. Perjumpaanku dengan ayah begitu singkat, bahkan aku tidak benar-benar merasakan bahwa dia pernah memelukku, tetapi apa yang ia tinggalkan begitu membekas dalam hati ibuku dan memberiku banyak inspirasi dan kekuatan.

“Ayah, andai kau ada di sini.” Kataku dalam hati sambil memandang ibu dari sudut pintu. Ibu berdiri sendirian di depan altar menunggu kami berdua masuk. 

Aku kasihan melihat ibu berdiri sendirian tanpa di dampingi lengan ayah yang melingkar di bahunya. Sepanjang hidupnya ibu tidak pernah memikirkan dirinya sendiri, ibu selalu memikirkan aku setelah ayah meninggal. Semua nilai-nilai yang ayah miliki, ibu ajarkan padaku.

Ibu terlihat begitu kuat, terutama setelah ayah pergi. Ibu selalu berkata, “Tidak ada satu pun pria yang dapat menggantikan ayahmu.” Kehadiran ayah begitu kuat dalam diri ibu, meski ibu mengenalnya tidak lebih dari 10 tahun.

Malam sebelum aku akan menikah ibu berkata, “Ibu tidak akan pernah sendirian, Danny. Kau tidak usah kuatir, bayang-bayang ayahmu selalu berada di sisi ibu untuk melindungi ibu dan menghibur ibu.”
Ayah mungkin sudah lama meninggal, tetapi sosok ayah tetap melekat dan hidup dalam diri ibu.



Kebaikan hati tidak akan pernah bisa dicuri oleh siapa pun.
Kebaikan hati tidak dapat diperoleh dengan cara menjegal orang lain.
Kebaikan hati menghiasi kepala seseorang dengan mahkota.
Dan Kebaikan hati adalah warisan yang tidak akan pernah punah.


By Angela Roseli.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar