Banyak orang merasa dirinya tidak cukup dengan apa yang ada padanya saat ini, sehingga ia akhirnya mulai mengalihkan fokus untuk memuaskan ambisinya, keinginannya dan hawa nafsunya dengan mengajar rasa cukup itu. Namun, sayangnya semakin kita mengejarnya semakin rasa cukup itu tidak kita dapat dan malah yang ada adalah kurang, kurang dan kurang sehingga dosisnya menjadi semakin tinggi, tinggi dan tinggi.
Kapankah kita bisa merasa cukup? Hampir semua karyawan mengeluh soal gajinya yang selalu tidak cukup, pengusaha merasa pendapatan perusahaannya selalu kurang, istri mengeluhkan kekurangan suaminya demikian sebaliknya, semua selalu terasa kurang, kurang dan kurang.
Orang yang selalu merasa kurang, gaji kurang, pendapatan kurang, ini kurang, itu kurang tidak akan pernah jadi.
Tuhan tidak bisa memberkati orang yang selalu mengeluh kurang, kurang dan kurang.
Belajar untuk merasa puas dari dalam adalah hal yang terbaik. Kepuasan atau rasa cukup bukan berbicara mengenai apa yang belum kita miliki, tetapi berbicara mengenai apa yang telah kita miliki dan terima serta mensyukurinya dengan rela hati, bukan soal jumlahnya, nominalnya
Kerakusan dalam diri manusia yang membuatnya sulit untuk merasa cukup dan bersyukur. Belajarlah untuk mencukupkan diri dengan apa yang ada pada anda hari ini, maka dengan sendirinya Tuhan akan menambahkan dan mempercayakan pada anda hal yang lebih besar lagi. Dan hidup anda akan menjadi lebih berbahagia.
Minggu, 01 April 2012
Apa Yang Membuat Stres???
Bukan beban berat yang membuat kita stres, tetapi lamanya kita memikul beban tersebut.
Stephen Covey yang pada saat itu sedang memberikan kuliah mengenai Manajemen Stres.
Stephen Covey mengangkat sebuah gelas berisi air dan bertanya kepada para mahasiswanya.
"Menurut anda, kira-kira berapa berat segelas air ini?"
Para siswa menjawab mulai dari 200gr sampai 500gr. "Ini bukanlah masalah berat absolutnya, tetapi tentang seberapa lama anda memegangnya", kata Covey.
Jika saya memegangnya selama 1 menit, tidak masalah. Jika saya memegangnya selama 1 jam, lengan kanan saya akan terasa sakit. Dan jika saya memegangnya selama 1 hari penuh, mungkin anda harus memanggilkan ambulan untuk saya.
Berat sebenarnya adalah ringan, tetapi semakin lama saya memegangnya maka bebannya akan semakin berat.
Jika anda terus-menerus membawa beban anda kemana-mana dan terus-menerus, lambat laun kita tidak akan lagi mampu membawanya dan beban itu akan meningkat beratnya, lanjut Covey.
Apa yang harus anda lakukan adalah beristirahat dan meletakkan sejenak gelas/beban tersebut. Kita harus meninggalkan beban kita secara periodik, agar kita dapat lebih segar dan kemudian mampu mengangkatnya kembali.
Jadi sebelum pulang ke rumah dari pekerjaan sore ini, tinggalkanlah beban pekerjaan anda dan janganlah membawanya pulang. Beban itu dapat anda ambil kembali besok.
Apapun beban yang ada di pundak anda hari ini, cobalah tinggalkan sejenak dan beristirahatlah.
Hidup ini singkat, jadi cobalah untuk menikmatinya walau sesaat dan manfaatkanlah sebaik-baiknya.
Hal-hal yang terbaik dan terindah dalam hidup ini tidak dapat dilihat dan tak dapat disentuh, tetapi dapat anda rasakan di dalam hati anda.
Tuhan memberkati kehidupan anda dan percayalah anda tidak sedang berjalan sendirian.
Lanjutkan Perjalanan Anda dan Janganlah Menyerah!
Stephen Covey yang pada saat itu sedang memberikan kuliah mengenai Manajemen Stres.
Stephen Covey mengangkat sebuah gelas berisi air dan bertanya kepada para mahasiswanya.
"Menurut anda, kira-kira berapa berat segelas air ini?"
Para siswa menjawab mulai dari 200gr sampai 500gr. "Ini bukanlah masalah berat absolutnya, tetapi tentang seberapa lama anda memegangnya", kata Covey.
Jika saya memegangnya selama 1 menit, tidak masalah. Jika saya memegangnya selama 1 jam, lengan kanan saya akan terasa sakit. Dan jika saya memegangnya selama 1 hari penuh, mungkin anda harus memanggilkan ambulan untuk saya.
Berat sebenarnya adalah ringan, tetapi semakin lama saya memegangnya maka bebannya akan semakin berat.
Jika anda terus-menerus membawa beban anda kemana-mana dan terus-menerus, lambat laun kita tidak akan lagi mampu membawanya dan beban itu akan meningkat beratnya, lanjut Covey.
Apa yang harus anda lakukan adalah beristirahat dan meletakkan sejenak gelas/beban tersebut. Kita harus meninggalkan beban kita secara periodik, agar kita dapat lebih segar dan kemudian mampu mengangkatnya kembali.
Jadi sebelum pulang ke rumah dari pekerjaan sore ini, tinggalkanlah beban pekerjaan anda dan janganlah membawanya pulang. Beban itu dapat anda ambil kembali besok.
Apapun beban yang ada di pundak anda hari ini, cobalah tinggalkan sejenak dan beristirahatlah.
Hidup ini singkat, jadi cobalah untuk menikmatinya walau sesaat dan manfaatkanlah sebaik-baiknya.
Hal-hal yang terbaik dan terindah dalam hidup ini tidak dapat dilihat dan tak dapat disentuh, tetapi dapat anda rasakan di dalam hati anda.
Tuhan memberkati kehidupan anda dan percayalah anda tidak sedang berjalan sendirian.
Lanjutkan Perjalanan Anda dan Janganlah Menyerah!
Blind Spot - Titik Buta
Semua petinju profesional pasti memiliki seorang pelatih. Bahkan petinju sekaliber Mohammad Ali pun memiliki pelatih. Padahal jika mereka berdua di adu dalam satu ring, kita tahu Mohammad Ali-lah yang akan memenangkan pertandingan.
Mungkin kita bertanya-tanya mengapa Mohammad Ali membutuhkan pelatih kalau jelas-jelas ia lebih hebat dibandingkan pelatihnya?
Kita harus tahu bahwa Mohammad Ali membutuhkan pelatih bukan karena pelatihnya lebih hebat, namun karena ia membutuhkan seseorang yang dapat melihat hal-hal yang "Tidak dapat dilihatnya sendiri".
Hal-hal yang tidak dapat kita lihat dengan mata kita sendiri itulah yang disebut sebagai Blind Spot atau Titik Buta. Untuk dapat melihat blind spot tersebut kita membutuhkan bantuan orang lain.
Dalam hidup kita membutuhkan seseorang untuk mengawal hidup kita, sekaligus untuk mengingatkan kita seandainya prioritas hidup kita sudah mulai bergeser.
Kita membutuhkan orang lain yang menasihati kita, yang mengingatkan kita, bahkan yang menegur kita bila kita melakukan hal yang keliru, yang bahkan mungkin kita sendiri tidak menyadarinya.
Sedangkan bagian kita adalah memiliki kerendahan hati kita untuk menerima kritikan, untuk menerima nasihat dan untuk menerima teguran yang justru itu akan menyelamatkan hidup kita.
Kita bukanlah manusia yang sempurna. Jadi ijinkanlah orang lain yang menjadi mata kita di area "blind spot" kita sehingga kita bisa melihat apa yang tidak bisa kita lihat dengan pandangan diri kita sendiri.
Renungan seorang teman...
Mungkin kita bertanya-tanya mengapa Mohammad Ali membutuhkan pelatih kalau jelas-jelas ia lebih hebat dibandingkan pelatihnya?
Kita harus tahu bahwa Mohammad Ali membutuhkan pelatih bukan karena pelatihnya lebih hebat, namun karena ia membutuhkan seseorang yang dapat melihat hal-hal yang "Tidak dapat dilihatnya sendiri".
Hal-hal yang tidak dapat kita lihat dengan mata kita sendiri itulah yang disebut sebagai Blind Spot atau Titik Buta. Untuk dapat melihat blind spot tersebut kita membutuhkan bantuan orang lain.
Dalam hidup kita membutuhkan seseorang untuk mengawal hidup kita, sekaligus untuk mengingatkan kita seandainya prioritas hidup kita sudah mulai bergeser.
Kita membutuhkan orang lain yang menasihati kita, yang mengingatkan kita, bahkan yang menegur kita bila kita melakukan hal yang keliru, yang bahkan mungkin kita sendiri tidak menyadarinya.
Sedangkan bagian kita adalah memiliki kerendahan hati kita untuk menerima kritikan, untuk menerima nasihat dan untuk menerima teguran yang justru itu akan menyelamatkan hidup kita.
Kita bukanlah manusia yang sempurna. Jadi ijinkanlah orang lain yang menjadi mata kita di area "blind spot" kita sehingga kita bisa melihat apa yang tidak bisa kita lihat dengan pandangan diri kita sendiri.
Renungan seorang teman...
Langganan:
Postingan (Atom)